Jumat, 24 Februari 2012

Adikku Sayang


SeMoGa KaU TaHu
Aku acuh tak acuh bila berjumpa
Ku diam saat kau sapa
Bukan apa-apa

Aku takut nanti ku rindu
Aku takut nanti ada salah
Aju takut nanti lukaku berdarah lagi
Aku takut nanti mencintaimu

Lalu ingin kembali padamu
Kututup mata bila melihatmu
Ku menghindar bila ada engkau
Bukan apa-apa

Lebih baik aku tidak pernah lagi mengenalmu
Lebih baik aku lupa pada senyummu
Agar tidak lagi mengharapkanmu
Tuk hadir seperti dulu 



Sepintas reza membaca kembali surat yang ditujukan untuknya dari sahabat karibnya saat SMA dulu. Tak sangka baginya orang yang dianggapnya sebagai seorang sahabat, selalu ada dikala reza membutuhkannya mempunyai perasaan lain padanya. Diingatnya kembali saat mengetahui perasaan sahabatnya itu, agar memperkuat apa yang didengarnya dari temen-teman sekelas, dan ditanyanya langsung saat pulang sekolah.
“sya… aku mau ngomong sebentar sama kamu, boleh ga’ soalnya penting banget nih” teriak reza dari kejauhan yang berusaha mencegat farisya hendak pulang bareng teman-temannya.
“boleh rez, manknya kamu mau ngomong apa sich” Tanya farisya sedikit bingung
“aku sich pengen ngomong ma kamu tapi sepertinya tempatnya bukan disini dech. Gimana kalo kamu pulang bareng aku aja sya….? Ajak reza
“ikutin aja sya ngga’ usa mikirin kita. Kitakan bisa kapan saja” seru kawan-kawan farisya yang tahu apa yang sedang bergejolak dihati farisya saat itu
“oke dee aku akan pulang bareng kamu, tapi kamu harus janji dulu sama aku, kalo pulang nanti kamu harus anterin aku sampe rumah” minta farisyah  
“iya… iya… bentar aku anterin sampe rumah, jangan takut selama sama aku kamu pasti baik- baik aja” reza membalas
“semuanya… kita pergi dulu yaa…. Da….” Keduanya pergi dan meninggalkan yang lain

Di TaMaN SeKoLaH……

“sebenarnya ada apa sih rez, serius banget. Ga’ seperti biasanya, kamu ada masalah apa lagi sih rez?” Tanya farisyah santai yang masih tak tahu menahu tujuan reza memanggilnya
“sya (reza memulai pembicaraan)”
“yuph, da apa???” risyah masih bingung
“sya… (reza memulai dengan sedikit ragu) kamu itu sudah ku anggap sebagai sahabat sejak lama, suka dukapun selalu kita jalani bersama jadi boleh dikata antara kita tidak ada kebohongan” seru reza gugup
“iya za, aku tahu persahabatan kita sudah cukup lama dan semua itu kita arungi bersama tanpa ada keluh kesa dalam menjalani semuanya, dan diantara kita juga tidak pernah ada sesuatupun yang disembunyikan, apa yang kamu tahu aku pasti tahu dan begitupun sebaliknya. Tapi rez, manknya da apa kamu membahas itu?” sambung risya mantap
“tapi sepertinya kepercayaanku padamu selama ini sia-sia saja sya, karna kamu belum jujur sepenuhnya padaku” akhirnya reza berani memulai pokok permasalahan
“apa maksudmu rez, aku tidak mengerti?” farisyah gugup
“sepertinya aku tidak perlu menjelaskan panjang lebar tentang apa yang telah ku dengar dari kawan-kawan sekelas kita selama beberapa hari ini kan sya?” kata reza begitu serius
“tentang persahabatan kita…???” farisyah menebak
“bukan hanya tentang persahabatan kita, tetapi juga tentang perasaan yang kau pendam selama ini sya, perasaan yang yang kau pendam tanpa memberitahukan padaku” balas reza
“kamu ni apa-apaan sih rez, kamu lagi ngaur yach…” farisya berusaha lari dari pertanyaan dan keseriusan reza
“tidak perlu mengalihkan pembicaraan sya, aku hanya butuh jawaban darimu tentang apa yang aku dengarkan “farisyah hanya bisa diam tak sanggup menjawab pertanyaan sahabatnya itu” kenapa sich kamu tidak pernah jujur sama aku, kenapa juga aku mesti dengar semua itu dari teman-teman kita, bukan dari kamu sendiri?” sejenak perkataan reza terhenti karena sesak didadanya namun kemudian ia kembali menatap sahabatnya itu dan melanjutkan permasalahannya” aku kira dengan menjalani semua ini dan dengan kedekatan kita selama ini tidak ada lagi suatu perkara yang kau sembunyikan dariku. Jujur sya aku kecewa sama kamu. Karena ternyata aku begitu bodoh dan tidak pernah dipercayai oleh sahabatku sendiri” reza meninggalkan farisya dengan penuh kemarahan.

          Begitu terkejutnya farisyah melihat sifat reza yang kelihatannya begitu marah pada dirinya. Selama persahabatan mereka baru kali ini ia melihat reza begitu marah hingga mengangkat suara. Ingin ditahannya kepergian reza, namun ia tersadar kembali bahwa semua ini juga salahnya yang tak pernah jujur pada sahabatnya sendiri. Akhirnya setelah pertemuan ditaman sekolah itu, reza tak pernah lagi melihat farisyah, jika reza menanyakan farisyah pada teman-teman terdekatnya maka yang didapati reza hanyalah gelengan kepala.

          Seminggu tiada kabar tentang farisyah membuat reza merasa menyesal akan sifatnya yang terlalu keras pada farisyah saat pertemuan itu, namun entah mengapa tiba-tiba saja reza mendengar kabar dari kepala sekolah bahwa farisyah telah keluar dari sekolah ini dan pindah entah kemana, dan pihak sekolahpun tidak mengetahui sebab pindahnya salah satu murid teladan itu. “farisyah telah pindah sekolah!” dan terakhir reza hanya mendapat selembar kertas   dari   dari sahabat farisyah.

My Lovelly Friend’s
Rezha…

Ringkas saja surat ini……

            Za… dengan penuh rasa penyesalan, aku mohon maaf yang sebesar-besarnya karena telah menghianati persahabatan kita dan juga telah menyia-nyiakan kepercayaan yang selama ini kau berikan padaku. Saat menulis surat ini Alhamdulillah aku dalam keadaan sehat wal’afiat namun kurasa kau tak perlu tahu kemana aku pergi karena hanya akan menambah kekecewaan dalam dirimu.

Za… sebenarnya aku belum siap mengatakan semuanya padamu, tapi karena kau terlebih dahulu telah mendengar dari teman-teman maka dalam surat ini aku akan jawab dengan jujur semua pertanyaanmu dan kabar yang kau dengar dari teman-teman. Sesungguhnya apa yang kau dengar itu adalah benar adanya, aku sudah cukup lama menaruh perasaan padamu, tapi sangat mustahil bagiku untuk mengungkapkannya lebih dulu. Selain itu selama didekatmu aku tidak melihat hal yang sama padaku, kau hanya menganggapku hanya sebagai seorang sahabat ataupun seorang adik yang masih banyak membutuhkan bimbingan dari sang kakak.

            Za… aku hanya pengen Tanya, kelirukah jika cinta datang dari persahabatan yang lama dan akrab? Terakhir, maafkan aku za, karena aku tidak bisa hidup dalam perasaan yang terombang-ambing. Aku pamit akan pergi jauh dari kehidupanmu, dan aku harap engkau akan memberikanku maaf.


Farisyatun Khoiriyyah

*****@@@@@*****
“hayoooo… kakak gi ngapain senyam-senyum sendiri… seperti orang yang baru keluar dari rumah sakit jiwa aja dee” ulfa mengagetkan reza yang duduk didepan teras rumah
“hmmm… ulfa, ngagetin aja” seru reza yang baru saja tersadar dari lamunannya
“ka’ reza sich, bukannya kedalam dah malam gini, eh… malah duduk sendiri diteras ngelamun lagi” kata adik angkatnya itu yang baru beberapa hari ini keluar dari rumah sakit
          Seminggu di New Delhi cukup menyenangkan bagi reza, dan sekarang reza telah kembali menginjakan kakinya di Paris dengan penuh kebahagiaan. Sesampainya dirumah tak dilihatnya seorangpun, setelah membereskan pakaiannya dan take a dinner reza lalu merebahkan dirinya diatas kasur yang kurang lebih seminggu ditinggalkannya, dan menepis kerinduannya.
Apalah arti hidup
Tanpa seorang kakak
Apalah arti kakak
Tanpa kasih dan sayang

“gimana liburan kamu disana rez…?” Tanya paman saat sarapan pagi
“cukup menyenangkan ko’…” jawabnya begitu singkat
Dengan lahapnya reza menyantap hidangan yang ada dihadapannya, tanpa menghiraukan pertanyaan sang paman dan bibinya, namun betapa terkejutnya reza melihat seorang gadis yang baru saja keluar dari pintu kamar tamu, dilihatnya lebih jelas lagi dan sang gadispun mendekat dikucaknya matanya berkali-kali ternyata reza bukan dialam mimpi.
“met pagi semua… sudah pada nungguin yach…” sapa sang gadis
“sayang, kamu dah bangun yach, bibi kirain tadi masih bobo” sang bibi balas menyapa
“udah bangun lagi… Cuman tadi pas mau keluar ada yang nelpon” jawab afifah santai. Sedangkan reza masih tak menyangka bahwa yang ada dihadapannya saat ini adalah sang adik tercinta yang entah kapan tibanya dar Indonesia
“ka’ rez… gimana liburannya di negri orang? Pasti kakak mempunyai banyak storykan buat ifa?” dan yang ditanya hanya bengong” ka’ sadar donk pagi-pagi ko masih ngelamun sich…” ifa mengagetkan reza dari lamunannya
“eh, iya… iya… kakak sadar ko’. Tapi kamu benar afifahkan?” Tanya reza bimbang
“ya iyalah,,, afifah adik ka’ reza, gimana sich baru aja pulang dari negri orang dah lupa sama adik sendiri, jangan bilang ya kalo kakak amnesia” ifa jadi takut
“eh ifa… kakak masih waras lagi… de’ kamu kapan datangnya truz datang ma sapa kesini dan sudah berapa hari nginap disini?” Tanya reza seperti mengintrogasi seorang tahanan.  
“yeee… kakak ni nanya pa introgasi pencuri sich… aku datang sendiri dan disina kira-kira sudah 10 hari” jawab ifa santai
“ifa… ifa… laen kali kalo mau kesini itu kabarin dulu, jangan seperti ini”
“biasa aja lagi ka’ ifakan dah dewasa”
“iya sich,,, tapi….”
“tapi kakak harus temani ifah jalan sebentar. Oke” ifah memotong pembicaraan reza
“oke… oke…” reza hanya bisa mengalah bilamana telah diperhadapkan dengan permintaan ifah yang begitu membuatnya makin sayang peda adik semata wayangnya ini.

*****######*****
Malam yang menyenangkan membuat reza dan afifah belum juga memejamkan mata walaupun jarum jam dinding telah menunjukan pukul 10.30. cerita demi cerita terus terlontar dari mulut keduanya, dan terkadang tanpa sadar canda tawah mereka membuat gaduh diruang tengah atau biasanya digunakan sebagai ruang keluarga.
“trus gimana?” Tanya reza
“ya… adik terima” jawab ifa malu
“itukan… bukannya kakak pernah ingetin bahwa kebencian itu awal datangnya rasa rindu, dan rasa rindu itu awal datanya rasa suka, namun sesungguhnya semua itu adalah cinta juga fitrah manusia”
“jadi… kakak ga’ ngerestui?” ifa cembeut
“eh… sapa bilang kakak ga’ restui, kakak Cuma ingatin aja waktu SMA dulu kamu tu benci banget sama dia, kadang juga sampai diusir dari rumah, tapi sekarang…” reza berhenti
“tapi sekarang kenapa ka’?” selidik ifa
“sekarang dia bukan sekedar menjadi sahabat kakak tapi juga menjadi seorang pengawal buat adik kakak yang manis ini” rayu reza pada ifa, dan keduanyapun senyum bahagia. Kebahagiaan itu dirasakan ifa kembali saat sang kakak mengusap rambutnya yang terurai tanpa diikatnya, dan sesekali diciumnya rambut adiknya itu…
“eh, ka’… ade lupa, ada salam dari teman ifa” ifa kembali memecahkan keheningan
“teman ade yang mana? Ko’ dia bsa tahu kakak?” Tanya reza sedikit kebingungan
“dia itu teman kuliah ifa, dan ifa sudah sering cerita tentang kakak sama dia, orangnya baik banget lho ka’ kelihatan dewasa, ga’ berlebihan, cantik,uhhhh… pokoknya semua-semuanya dech…” kenang ifa pada sahabatnya itu
“pasti dekat banget ya sama ade?” reza menambahkan
“ya jelas dekatlah…. Ifa sayaaaaaaang banget ma dia, ifa pengen dia selalu hadir dalam hari-hari ifa karena ifa ga’ pengen kehilangan sahabat seperti dia” tambahnya lagi
“kalo emank ade ga’ pengen kehilangan sahabat seperti dia, ya ade harus menjaga persahabat yang telah kalian bina jangan sampe persahabatan itu harus runtuh hanya karna satu masalah yang diselesaikan dengan keegoan masing-masing. Trus apa hubungannya dengan kakak de’?” reza kebingungan
“emank kakak ga’ simpatik pa sama dia?”
“simpatik? Maksud ade apa sih?”
“maksud ade kakak ga’ naksir apa sama dia?”
“apa!!! Naksir…? Pa ga’ salah tu?”
“ya jelas ga salah donk ka’, dia itu banyak kesamaannya lho sama kakak, makanya ifa berinisiatif buat kenalin dia sama kakak sapa tahu aja jodoh”
“mank namanya sapa sich?”
“namanya itu… fira “
“fira…? Nama yang bagus, pasti orangnya juga cantikan”
“jelas cantik donk ka’.
“kalo dianya gimana?”
“dianya sich gampang biar nanti ifa yang urusin”
“ya udah salam balik ja buat dia”
*****######*****
Þ    Ingatkah engkau kepada embun pagi bersahaja
Yang menemanimu sebelum cahaya
Ingatkah engkau kepada angin yang berhembus mesra… Yangkan membelaimu cinta……

“de… handphone bunyi ni, ada yang memanggil…” teriak reza dari teras
“iya ka’… bentar” jawab ifa dari kamarnya”
“cepetan dikit de… kasihan yang nelpon…”
“iya.. iya… siapa sich pagi-pagi dah telpon” keluh ifa seraya keluar dari kamarnya dan berlari menuju teras dan menyambar hp dari tangan kakaknya
“halo, assalamu’alaikum” sapa ifa
“wa’alaikum salam” jawab orang seberang
“ada apa sich tumben telpon” canda
“ga’ sich Cuma kangen aja sama kamu, ko lama banget sich telponku diangkat” Tanya orang sebrang
“sory… tadi hp ku dipegang sama kakaku so… akunya lagi dandan dikamar”jawabnya
“trus kakak kamu dimana sekarang?”
“nich masih disampingku, manknya kamu mau ngomong?” Tanya ifa balik
“ngga’ ah… salam kenal aja”
“eh… hampir lupa, kakaku kirim salam juga lho buat kamu”
“ah, yang benar aja kamu fa,”
“mank sejak kapan aku suka becanda? Lagian kamu sich orang kirim salam bukannya dijawab malah curigaan lagi…”
“oh… wa’alaikum salam… eh fa, dah dulu ya ngobrolnya karna nyokap dah panggil ni tadi aku telpon kamu karena kangen pengen dengar suara kamu aja”
“eh, kamu nutup telponnya bukan karena lari dari percakapan kita ini kan?” selidik ifa
“ya ngga’lah… aku tuh betulan harus pergi sekarang temenin nyokap”
“ya udah de kalo ada waktu telpon lagi yaa”
“iya… iya… pasti, dah dulu ya assalamu’alaikum…”
“wa’alaikum salam… tut… tut…” kontak antara keduanya pun putus
          Putaran waktu dari hari kehari tiada tersa, kini enam tahun sudah berlalu dengan sendirinya. Gelar s1 dan s2 telah diraih reza dengan penuh kerja keras. Kini pulang ke Indonesia adalah hal yang dinantikannya, kesyukuran tersendiri baginya kembali menginjakan kaki ditempat dimana reza telah dilahirkan dan dibesarkan oleh keluarga besarnya. Semua keluarga telah menunggunya dibandara “Soekarno Hatta” tangisan penuh rindu, kecupan dan pelukan dari sanak saudara membuatnya teringat kembali pada masa kanak-kanaknya yang selalu dimanjakan oleh semua keluarga.

          Terlihatlah dari kejauhan, tepatnya keramaian di rumah “Dr.H.Taufiqurrahman” acara syukuran yang dilaksanakan dikediaman beliau, berkat keberhasilan yang diraih oleh sang putra sulungnya. Para rekan kerja, kerabat, yang datang memenuhi kediaman mereka hanya untuk mengucapkan selamat atas keberhasilan reza mewakili Indonesia sebagai mahasiswa yang teladan. Kebahagiaan yang dirasakan oleh Hj. Fatih dapat dilihat dari senyum yang terpancar dari wajahnya yang ayu saat melayani semua tamu. 
“rez, kenalin ini rekan kerja papa” ayah menyapa reza
“reza” jawab reza singkat dengan mengulurkan tangan salam perkenalan
“ Irfan Farobi, seorang pengusaha di Singapura, dan sekaligus rekan kerja ayah kamu” kenalnya
Þ    Sayangilah perkenalan, disitu terciptanya kemesrahan.
Hargailah perhubungan disitu terciptanya kerinduan.
Hargailah keduanya karena itulah rahmat,
Dan Rahmat hanyalah dari Sang Penyayang.

“Fira…” memperkenalkan diri
“Reza…” Menyambutnya dengan ramah “sudah berapa lama kenalan sama Ifah… ?” sambung reza
“yach,,, udah cukup lama” jawabnya sedikit malu
“kalo ngga’ salah kamu sekolahnya di singapurkan? Tapi kenapa kuliahnya sekarang di Indonesia?” Tanya Reza
“Sebenarnya sich udah lama aku pengen ke Indonesia, tapi mama ngga’ ngizinin. Soalnya kakak juga di Indonesia, kalo aku pergi berarti mama ngga’ punya teman donk jadi kebetulan aja kemarin setelah pelulusan kakak balik ke Singapur, dan aku baru saja dapat izin dari mama buat lanjutkan study ke Indonesia” jelas Fira Panjang Lebar
“kamu berapa bersaudara sich…?” Tanya reza
“aku tiga bersaudara, emanknya ada apa?”
“kakakmu dimana sekarang? Truz kamu sendiri anak ke berapa?” Selidik reza penasaran
“Hmmm…… saya seperti diselidikin polisi ni… tapi ngga’ apa ko aku akan jawab semuanya. Aku anak bungsu dari tiga bersaudara, kakak pertamaku cowok dan sekarang udah meried dan punya dua anak, sedangkan kakak kedua sudah kesingapur gentian sama aku jagain mama, tapi rencananya sich… dalam bulan ini mereka mau come back to Indonesia, mau melangsungkan pernikahannya” jawab ifa tanpa ada yang terlewatkan
“kalo ntar semuanya dah pada meried, trus kamunya kapan…?” canda Reza
“kalo Fira sich belum mikirin kesana, soalnya Fira masih fokus sama kuliah?” jawabnya malu
          Sepintas perbincangan yang terjadi diantara mereka berdua saat bertemu dikantor Duta besar Paris. Suatu kejadian yang tak disangka-sangka, pertemuan yang menyimpan satu perasaan bagi Fira, entah perasaan apa itu, apakah perasaan yang ada dihati Fira sama dengan perasaan yang dirasakan oleh Reza?
*****#####*****
Minggu yang menyenangkan bagi reza karena akhirnya reza dapat menghirup udara segar pagi ini di Jakarta. Seusai joging reza lalu menuju supermarket terdekat, hari ini reza tak bersama adik tercinta, karena Ifah sedang menemani Danu sang kekasih ke Bandung menyelesaikan tesisnya. Rencananya setelah pulang dari supermarket reza singgah ditaman samping sekolahnya yang telah lama ditinggalkannya. Dilihatnya kembali gedung-gedung sekolah yang sudah semakin meningkat sedangkan pengaturan kelas masih sama seperti dulu,  dilihatnya para siswa yang sedang duduk bercanda ditaman, di ingatnya saat menuntut ilmu ditempat ini. namun………
“De’… ada yang bisa bapak bantu?” Tanya seorang pria yang memakai kacamata, dan rambut           putihnya sudah mulai terlihat
“eh.. tidak pak, saya hanya jalan-jalan saja” jawabnya
“apakah ade adalah alumni dari sekolah ini?” tanyanya
“iya pak, saya adalah seorang alumni dari sekolah ini”
“kalo boleh tahu adik angkatan tahun berapa yaa…?”
“saya angkatan tahun 2000 pak, dan nama saya Reza”
“kalo bapak tidak salah ade yang meraih juara pada saat itukan?” beliau mengingatkan
“iya pak, tapi kenapa bapak bisa tahu?”
“Reza… reza… kamu sudah lupa yaa, saya ini pak wisnu penjaga sekolah ini sejak kamu menginjakan kaki disekolah ini sampai kamu pergi entah kemana” Ia mengigatkan Reza
“Oh… pak Wisnu, sory pak aku sudah agak lupa masalahnya udah lama ngga’ ketemu sich…”
“kamu dari mana saja Rez…” Tanya pak Wisnu
“aku baru dari Paris selama enam tahun ini, dan baru saja pulang” jelas Reza
“Untunglah kamu datang tepat waktu, karena tiga hari lagi akan diadakan reuni semua alumni”
“reuni pak…? Saya boleh datangkan?” Tanya Reza
“ya jelas bilehlah kamukan alumni dari sekolah ini jugakan, malah kamu dulunya adalah seorang siswa yang berprestasi lagi, masa jalan-jalan kesekolah saja ngga’ boleh…” puji pak Wisnu
“makasih banyak yaa atas infonya pak… insya Allah saya pasti datang”

          Rasa rindu pada diri Reza tak dapat dibendungi, ingin secepatnya tiga hari berlalu karena ketidak sabaran Reza ingin bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang telah lama tak Reza temui. “ Bagaimana ya keadaan si Roy yang playboy itu yaa? Apakah dia sudah sadar? Bagaimana dengan Indah yang selalu saja mencari muka pada si eko, apakah mereka telah jadian? Dan Serla! Masihkah ia mengingat saat kami terkurung bersama dalam kelas?” banyak kenangan yang di ingat Reza membuatnya tersenyum sendiri, namun senyuman itu mulai pudar saat Reza kembali mengingat satu sosok , sosok yang pernah menaruh perasaan padanya. “Farisya!!! Dimana dia sekarang, apakah dia juga akan ikut dalam reuni besok? Masih adakah perasaan itu untukku? Ataukah mungkin sekarang dia telah mendapatkan yang terbaik” beribu pertanyaan terselubung didalam hatinya, namun dipendamnya dalam-dalam.
          Dari kejauhan sekitar 5 meter lebih dilihatnya banyak mobil yang berjejer dibagasi sekolah. Siaaaalll…!!! Reza telat bangun saat dicarinya ifah, kata bunda ifah sudah pergi sejak tadi bersama danu diambilnya mobil dan melaju pergi, takut acara keburu selesai. Semua sahabatnya telah berkumpul saat turun dari mobil dan memasuki gerbang sekolah langkah Reza terhenti.


Þ    Saat kembali bertemu didepan gerbang sekolah, kukenang kembali akan dirimu, dalam indahnya kebersamaan pernah kau sakiti hatiku. Penderitaan akan terhapus manakala engkau kembali memberikan satu senyuman yang pernah engkau balas dendam. Tidakkah engkau ingat kebersamaan dalam satu kesatuan? Saat-saat indah tak akan terulang, mungkin ini tak akan kembali.

Reza menatap seorang gadis yang berdiri tepat lima langkah dihadapannya, gadis itu begitu anggun,  matanya… hidungnya… juga rambutnya… membuatku teringat pada seseorang. Farisyakah dia? Tapi tidak mungkin karena farisyah bukanlah alumni dari sekolah ini.
“Rez, ko’ bengong sich, masuk yuk” ajak Danu
“iya, tapi Dan, ifahnya mana?”Tanya Reza balik
“didalam rez, lagi kumpul bareng sama teman-temannya”jawab Danu
Kerinduan mereka dicurahkan dengan canda dan tawa, berbagi cerita selama mereka berpisah, ada diantara mereka yang datang dengan gandeng, yang udah tunangan dan adapulah yang sudah meried, tapi dalam perkumpulan itu semua kembali bersatu tanpa ada perbedan. 
“Rez, dah ketemu belum…? Tanya eko
“ketemu ama siapa?”Tanya Reza bingung
“jangan pura-pura lupa gitu donk friend” kata roy
“betul gue benar-benar ngga’ ngerti apa maksud kalian”
“Dan ingetin dulu tuh calon kakak ipar lo”seru eko
“maksud mereka itu, kamu dah ketemu sama Farisyah belum?jelas Danu
“Farisyah? Mau ketemu dimana sama dia”Tanya Reza balik
“Lo ngga’ tahu ya Rez, sebenarnya Farisyah itu adalah alumni sekolah ini juga, malah sekarang dia juga hadir ditengah-tengah kita”kata Roy
“Apa? Farisyah ada disini, ko’ aku ngga’ tahu sich”celetuk Reza
“Lo ngga’ tahu atau pura-pura ngga’ lihat sich Rez”tanyanya
“dia lagi bareng teman-temannyalah, emanknya elo mau kumpul bareng mereka?” Tanya Danu
“ngga’ ah, gue disini aja” balas Reza agak memales
“Lo masih marah ya Rez sama Farisyah” Tanya eko
“Marah…? Ngapain aku mesti marah sama dia”
“kalo emank Lo ngga’ marah, trus kenapa elo ngga’ mau diajak ketemuan ma dia?”
“bukannya aku ngga’ mau ketemu ma dia, tapi aku masih pengen kumpul bareng sama kalian, lagiankan sudah lama kita ngga’ ketemu, kalo masalah Farisyah bentar ajalah baru kita gabung bareng mereka” terang Reza
“Rez, lo ngomong gitu bukan berarti elo cari alasankan?” selidik eko sedikit curiga
“ya nggalah… aku serius tahu…” jawabnya
“ngga’ gue kirain elo mau lari lagi” celetuk Danu
Lama Reza terlarut dengan cerita-cerita bersama rekan-rekannya. Namun tiba-tiba saja percakapan mereka terputus karena salah seorang diantara mereka yang berteriak memanggil seseorang.
“Rez… Rez… itu Farisyah” spontan eko menunjuk Farisyah yang sedang bersama teman-temannya, tak jauh dari tempat mereka berdiri
“M-a-N-a?”Tanya Reza dengan wajah pucat
“Farisyah……” panggil roy dengan lambaian tangan, betapa kagetnya Reza, ingin rasanya ia berlari tapi tak mungkin, karena Farisyah yang dipanggil kini telah menuju ketempat mereka. Ia masih sama seperti dulu dan tak ada yang berubah darinya, selangkah… dua langkah… dan iapun sampai dihadapan mereka.
“ada apa Roy…”Tanya Farisyah
“bukan gue yang cari loe Syah, tapi si Reza”tunjuk Roy tanpa ada perasaan bersalah sedikitpun, sedangkan Reza dan Farisyah bagaikan gunung besar yang sedang mereka pikul tak sadar akan apa yang terjadi. Dan kawan-kawan Rezapun tanpa pamit meninggalkan mereka berdua.
“Hai Syah… pa kabar…”Tanya Reza sedikit gugup
“seperti yang loe lihat sekarang Za…”jawabnya singkat
“Loe makin cantik aja ya Syah”puji Reza
“biasa aja kale Za…” jawab Farisyah sedikit ketus
“Loe makin berubah aja ya Syah”seru Reza
“yaa jelas donk Za, ngga’ mungkinlah harus seperti dulu terus, kalo seseorang terus berpatokan pada kesalahan lalu tanpa memperbeikinya berarti Indonesia takan pernah maju donk”jawabnya asal
“tapi Syah… perubahan kamu itu bukan berarti kamu lupa pada masa lalu kamukan?”Reza mengingatkan
“maksud kamu aku harus ingat akan persahabatan kita?”
“persahabatan… juga perasaan Syah…”Za aku ngga’ punya waktu untuk membahas saat itu, bagi aku yang lalu biarlah berlalu”terang Farisyah tegas
“apa kamu benar-benar telah ngelupain semuanya Syah?”
“apa-apaan sich Za, kamu ingin buat aku merasa bersalah lagi ya yang kedua kalinya” Farisyah emosi
“tahan amarah kamu Syah, aku ngga’ nyuruh kamu untuk susah payah angkat suara, aku juga ngga’ punya maksud buat kamu merasa bersalah gitu, karena aku tidak pernah merasa telah membuat kamu sakit hati, dan aku cukup bahagia karena bisa ketemu kembali sama kamu hari ini dan aku hanya ingin kamu tahu bahwa cinta itu tidak pernah salah mau timbul dari hati mana saja, karena cinta adalah fitrah dan dia bukan paksaan. Kenapa kemarin kamu mesti pergi begitu saja tanpa menunggu keputusan dari aku, okelah dulu aku sangat kesal padamu karena kenapa aku mesti dengar semua itu dari teman-teman kita, bukan dari kamu langsung” terang Reza mengenang masa lalu.
Farisyah hanya bisa diam mendengarkan penjelasan dari Reza, memang seharusnya dulu Farisyah tidak pergi begitu saja meninggalkan Reza tanpa memberikannya penjelasan. Tapi yach sudahlah yang lalu biarlah berlalu, karena tidak mungkin semuanya akan kembali seperti dulu lagi. “Sya... aku akan tetap menunggu jawaban dari mu sampai kapanpun, apapun keputusan dari kamu akan aku terima dengan ikhlas. Tapi aku yakin Syah, kamu belum melupakan semua masa lalu kita,walaupun mungkin kamu akan menyangkali hal itu tetapi aku bisa melihat dari mata kamu Syah... “ setelah mengutarak perasaannya yeng terselubung selama bertahun-tahun lamanya, Reza lalu meninggalkna Farisyah yang masih berdiri mematung memikirkan keputusan apa yang harus diambilnya.
Apakah mungkin Farisyah akan kembali pada cinta pertamanya? Cinta yang telah mengajarkannya tentang banyak hal. Kini pintu kebahagiaan telah terbuka lebar dihadapannya, tapi semua itu takan mungkin terjadi, karena Farisyah kini adalah milik orang. Dan sebentar lagi mereka akan diikat cincin pertunangan dan akan berlanjut kepelaminan. Haruskah Farisyah jujur pada Reza akan keberadaannya sekarang ini? namun sulit baginya untuk mengungkapkan segalanya, karena rasa cinta itu masih ada dalam hatinya, ataukah Farisyah akan membatalkan semua rencana yang telah dibuat oleh keluarganya dan juga keluarga putra? Ya Allah...... apakah yang sebenarnya terjadi pada diri Hamba.....

Dan Reza.... kegundahannya tiada berakhir ketika di ingatnya keinginan sang adik “Ifa pengeeen banget kalo ka’ Reza jadian sama Fira, karena dia adalah orang pertama yang mengobati kegundahan hati Fira semenjak kakak pergi ke luar Negri. Dan Fira adalah sahabat setia bagi Ifa, karena dia selalu membari semangat buat Ifa dalam menghadapi segalanya, dan tabah dalam melepaskan kepergian kakak” kata-kata itu membuat Reza kembali dipusingkan antara dua pilihan Farisyah orang yang pernah menjadi sahabatnya dan pernah menjadi mimpi indah dalam hidupnya, ataukah Fira sahabat karib sang adik yang beberapa hari ini selalu dihantui bayangnya dalam hayalan Reza.

******@@@@@******

“ Za... kalo ngga’ ada kesibukan, cepat datang ke Paris karena Ulfah masuk Rumah Sakit.         Penyakitnya semakin parah. Dan kami butuh bantuanmu.”
Sms terakhir yang didapat oleh Reza dari ayah Ulfah, belum tuntas masalahnya dengan Farisyah juga Fira, kini Reza harus pergi ke Paris menemani adik angkatnya itu yang juga membutuhkannya. Sulit bagi Reza untuk menolak, karena orang tua Ulfah telah meminta izin kepada ayah dan bunda, dan keduanya mengizinkan Reza untuk pergi ke Paris. Tetapi bagaimanakah dengan Farisyah yang minggu ini akan memberikan jawaban kepada Reza? Dan juga Firah yang sampai saat ini masih setia menunggu keputusan dari Reza tentangnya? Tentunya bagi Reza belum mempunyai keptusan yang pasti, karena kebimbangan kini kembali membingungankannya. 

Pesawat tujuan Paris akan berangkat 15 menit lagi, semua keluarga telah berkumpul di Bandara Internasional Soekarno. Namun hati Reza masih gelisah, karena sosok yang ditungguinya belum juga muncul, ditekannya nomor yang tertera didalam ponselnya namun masih juga tidak aktif. Akhirnya diulisnya sms.
“Syah... aku dah mau berangkat, kenapa kamu belum muncul juga, aku terima kalo kamu masih marah sama aku, atau kamu mau agar aku tidak hadir lagi dalam kehidupanmu, tapi please untuk saat ini kamu datang ke Bandara”

          Reza masih tampak gelisah, mondar-mandir ditengah keramaian orang banyak, ditunggunya Farisyah namun tak kunjung muncul, ditunggunya balasan sms dari Farisyah juga tak ada, terakhir sebelum berangkat Reza kembali mengirim sms.
“Syah... aku pamit pergi, sampai ketemu dilain hari, jujur aku masih bimbang tentang perasaanku, aku pergi hanya sebentar, jaga kesehatanmu”

          Hancurlah semuanya... Tiada lagi kepercayaan, tiada lagi kebahagiaan, semuanya telah lenyap dibawah oleh kebohongan. Dan orang yang disayanginya kini telah pergi. Hati farisyah hancur tercabik-cabik oleh semua kebohongan yang terjadi padanya, ingin rasanya ia berlari menemui Reza di Bandara, namun saat itu Putra juga membutuhkannya. Mustahil baginya menghianati orang yang telah membuka lembaran baru dalam hidupnya. Kini Farisyah hanya bisa bermunajat disetiap sujud malamnya agar selalu diberikan ketenangan jiwa, dan kesabaran hati dalam menentukan tujuan Hidupnya.

          Paris masih sama seperti satu tahun lalu. Kini Reza telah berada tepat di depan ruang ICU menunggu hasil operasi dari Tim Dokter, sejam sudah operasi dilakukan namun belum juga ada hasil dari Tim Medis. Dua jam... tiga jam... empat jam... dan akhirya Tim Medispun keluar, dengan penuh ketegangan semua keluarga berdiri dan...
“Dok, gimana keadaan putri kami?” Tanya pak Hadi yang sedang mendiamkan sang Isteri dalam rangkulannya
“Dok, anak saya selamatkan?” Tanya Ibu Ulfah menambahkan, dan melihat keadaan seperti ini Reza tak dapat menahan kesedihannya
“apakah pasien putri bapak?”Tanya dokter pada pak Hadi
“iya Dok, dia putri saya” jawab pak Hadi sedikit tegang
“tuan dan nyonya tidak perlu cemas, putri anda baik-baik saja dan dia telah melewati masa kritis, dan untuk beberapa hari ini butuh istirahat yang banyak” jelas dokter
“terimah kasih dok”
“barterimah kasihlah pada Allah” balas dokter
          Dengan penuh kesetiaan Reza menunggui ulfah hingga siuman, ayat Qur’an selalu dilantunka, sujud sembah dan do’a selalu dipanjatkan Reza pada Yang Kuasa agar sang adik dapat berkumpul kembali ditengah-tengah mereka.
“Nak Reza, terimakasih banyak telah meluangkan waktu datang kesini” kata ibu
“ngga’ apa ko bu, reza kesini jugakan pengen jengukin adik ulfah dan semunya” reza merendah
“ibu boleh minta reza jangan dulu balik ke Indonesia hingga ulfah siuman, karena ibu takutnya kalo siuman nanti ulfah cari nak reza lagi”minta ibu pada reza
“iya, reza akan jagain ulafah ko bu sampai dia kembali siuman, ibu jangan khawatir rezakan sudah menganggap ulfah seperti adik” jawabnya reza menyenangkan ibu.

          Bagi Reza mungkin dibalik semua ini tersimpan Hikmah yang sangat besar, mungkin dengan berangkatnya Reza meninggalkan Indonesia, Reza dapat menenangkan diri dan kembali memecahkan masalahnya bersama dengan mama dan papanya juga adik angkatnya itu. disela-sela menempuh kebahagiaan menenangkan jiwanya yang sedang berontak, Reza tak kuasa menahan cobaan yang satu ini.

Begitu terkejutnya Reza ketika mendapat kabar dari Danu kalo Afifah saat ini sedang dirawat dirumah sakit karena kecelakaan bersama Fira saat menuju bandung melakukan pelatihan kedokteran, dan keduanya masih dalam masa kritis, sedangkan Farisyah saat ini juga telah menyuruhnya untuk kembali ke Indonesia jika memang Reza serius akan perasaannya.

Ya Allah... yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang selalu memberi Rasa kasih dan sayang juga kebencian pada setiap insan. Hamba kembali bermunajat kepada-Mu dalam keadaan hati yang terombang-ambing. Ya Allah... Salahkah diri HAmba jika ingin berbagi kepada orang lain? Engkau Maha Mengetahui apa yang tidak diketahui oleh manusia. Banyaknya permasalahan yang datang silih berganti adalah anugrah dari-Mu, namun bantulah hamba dengan apa jalan yang telah Engkau tentukan dalam kehidupan hamba. Ya Allah... Lindungilah adik hamba”Afifah” Lindungilah orang yang hamba sayangi “Fira” dan Lindungilah orang yang sangat hamba Cintai “Farisyah”. Dengan izin-Mu Ya Robby berikanlah mereka kesembuhan agar mereka dapat kembali menghirup Udara segar di Bumi Ciptaan-Mu ini. Sesungguhnya semua akan terjadi hanya dengan izin darti-Mu.

* * * * $$$$$ * * * * * *
“za, kapan sich elo balik ke Indonesia?”Tanya danu dari sebrang
“sepertinya aku belum bisa menjawabnya sekarang Dan, karena Ulfah juga masih membutuhkanku disini”jawab Reza
“jadi elo lebih mementingkan adik angkat elo itu dari pada adik elo sendiri?”
“aku sayang semuanya Dan, dan aku juga tidak ingin kehilangan mereka berdua”
“gue jadi heran sama lo Rez, dulu elo mati-matian ngga’ mau ninggalin Indonesia karena elo ngga’ pengen pisah jauh dari Ifah. Tapi sekarang jelas-jelas Ifah sedang membutuhkan elo, elo malah membagi kasih sayang elo pada orang lain” suara Danu mulai berubah
“Dan... Ulfah itu sudah aku anggap seperti adikku sendiri, sekarang ini keluarganya sangat membutuhkanku hingga masa kritis Ulfah selesai, jadi aku harus jaga perasaan mereka. Ngga’ mungkin aku pamit pulang sedangkan Ulfah belum sembuh total?” jelas Reza dengan sedikit amarah.
“Rez,,, paling ngga’ Ulfah itu sudah selelsai menjalani operasi, sedangkan Ifah? Ifah koma Rez, dan Fira juga sedang kritis. Kalo emank elo adalah seorang kakak yang selalu ada buat adiknya, gue sebagai sahabat elo, gue mohon sekarang juga elo balik ke Indonesi”Danu menantang
“Dan,,, kenapa sich kamu jadi berubah begini, aku kira kamu adalah sahabat yang selalu mengerti dan memahami apa yang aku rasakan, tapi kenapa sekarang kamu malah berani menantang sahabatmu sendiri”
“sory Rez,,, bukannya gue nantangin elo, tapi gue hanya ingin elo juga ngerti perasaan Ifah dan perasaan keluarga elo yang sedang sedih melihat keadaan adik lo, gue ngerti disana juga mereka membutuhkan elo, tapi apakah elo lebih memntingkan keluarga elo ataukah keluarga yang telah melahirkan, memlihara, dan memberikan elo segalanya sampai saat ini. apa elo dah lup Rez, tenteng janji yang pernah elo ucapin pada ortang tua lo saat kelahiran adik lo dulu?”                               
“(Reza terdiam sesaat) aku masih ingat Dan, tapi bukan berarti kamu maksa kayak gini Dan apalagi sampe angkat suara seperti tadi” Reza masih menahan amarahnya.
“terserah elo aja Rez, gue pusing harus ngomong apalagi sama elo” suara Danu merendah
“Dan.... Dan.... dengarin dulu penjelasanku....”

          Berulang kali Reza memencet ponselnya mencoba menghubungi danu kembali, namun ponsel Danu tak dapat dihubungi lagi, Reza kembali mengingat kata-kata Danu tadi saat menyuruhnya kembali ke Tanah air. Apakah mungkin bagi Reza untuk pamit kepada papa dan mamanya? Dan bagaimanakah perasaan mereka nantinya, bukankah semalam mama memintanya untuk tinggal beberapa hari lagi? Namun bagaimana pula dengan Ifah, Farisyah, dan Fira, yang juga membutuhkannya? Ya Robb,,, berikanlah hamba ketenangan, hamba pusing harus berbuat apa.
          Kegundahan yang terganjal di hati Farisyah kini terjawab sudah, setelah berkonsultasi dengan sang adik dan beberapa sahabatnya juga selalu bermunajat kepada Sang Kholik, akhirnya dengan penuh ketenangan hati Farisyah akan tetap berpegang teguh pada keputusan yang telah diambilnya tanpa harus berkonsultasi dengan keluarganya. Rencananya setelah sang adik keluar dari Rumah Sakit barulah Farisyah akan berunding dengan keluarga yang lainnya. Semalam Fira telah menyadarkan diri dari kritis, namun Fira harus banyak istirahat karena kondisinya masih lemah.

Lalu bagaimanakah dengan Ifah? Dapatkah Ifah mempertahankan hidupnya tanpa sang kakak, marahkah Ifah jika mengetahui Reza tak menemaninya selama masa kritisnya? Dendamkah Ifah jika mengetahui kasih sayangnya telah terbagi dua? masihkah Reza dianggapnya kakak?

“Pesawat Garuda Indonesia telah mendarat di Bandara Soekarno Hatta”
                akhirnya Reza dapat kembali dengan selamat setelah meninggalkan Indonesia sebulan lamanya, setelah menyimpan barang-barangnya dirumah, sarapan dan mandi Reza lalu bergegas ke Rumah Sakit, menemui sang adik yang entah bagaimanakah keadaannya sekarang?
“Assalamu’alaikum...... “Reza member salam dan mebuka pintu Rumah Sakit kamar 14, terlihatlah baginya Sang adik yang terbaring lemah namun dari bibirnya ada sepintas senyuman manis menyambut kedatangan kakaknya
“Wa’alaikum salam...... Reza! Kapam tiba dari pari sayang? Kenapa ngga’ kabarin bunda dulu?” Tanya bunda yang selalu setia mununggui Ifah, dari kedua bola matanya terlihat jika dirinya sangat kelelahan menunggui sang buah hati
“baru saja tiba bunda, hanya karena Reza kangen sama bunda dan Ifah makanya Reza buru-buru kesini, bagaimana keadaan Ifah sekarang bunda?”Tanya Reza
“entahlah Rez, bunda juga pusing bercampur sedih melihat adikmu terbaring lemah seperti ini, bunda pengen dengar suara saat berceloteh, bunda kangen kemanjaanya, dan bunda juga rindu kebersamaan Rez”tangis bunda
“bunda yang sabar ya,,, Reza juga pengen seperti itu tapi mungkin bukan sekarang. Allah masih menguji keluarga kita, pasti ada hikmah yang tersembunyi dibalik semua ini bunda” Reza menenangkan bunda

Þ    Duhai Adikku.....
Air mata ini tak akan mengalir
Mata ini tak akan sembab
Hati ini tak akan rindu
Perasaan ini tak akan sedih
Bila engkau ada disisi......


Duhai Adikku......
Senandung ini hanya untukmu
Senyum ini hanya umtukmu
Rasa rindu juga untukmu
Kubahagia bila kau bahagia
Semua hanya untukmu

Duhai Adikku......
Bangkitlah De’
Kakak rindu..... kakak kangen
Akan kemanjaan dan celotehmu
Kasih sayang kakak
Hanya untukmu De’.....

            ditutupnya kembali diarenya yang berwarna biru langit itu, dan kembali Reza meraih Qur’an diatas meja kemudian dilantunkannya disamping sang adik, ayat demi ayat dibacanya dengan penuh kehusyu’an, terkadang tak terasa baginya butiran-butiran Kristal yang jatuh bercucuran dari kedua bolamatanya. Sesekali Reza berhenti dan menatap wajah Ifah, kemudian Reza kembali melanjutkan dan suara itu datang lagi, dicarinya kembali asal suara itu.

“ka’ Reza..... “ada sepintas suara yang terdengar membuat reza berhenti melantunkan ayat suci Al-Qur’an, dicarinya dari manakah asal suara itu, tetapi reza tak menemukannya, reza melanjutkan namun suara itu datang lagi, dicarinya kembali asal suara itu
“ka’ Rez.... Ifah ada dimana sekarang?”Alhamdulillia..... sujud syukur dilakukan Reza berulang kali, ternyata keajaiban Tuhan terbukti karena Ifah kini telah kembali bersamanya, dengan cepat digenggamnya tangan Ifah kemudian dikecupnya kening sang adik berkali-kali, setelah melalui pemeriksaan Dokter dan Ifah dinyatakan telah siuman dari komanya, Reza lalu menghubungi orang tua serta semua keluarganya.

          Tampaklah kebahagiaan di ruang VIP no.14 itu, canda tawa keluarga membuat hati bunda kembali berseri-seri setelah sebulan lamanya terhanyut dalam kesedihan. Namun bagi Reza semua tak ada artinya dibandingkan dengan kesembuhan Ifah, terlebih lagi suatu kesyukuran bagi Reza karena saat melantunkan ayat-ayat Qur’an sang adikpun sadar dari komanya. Malam itu Rumah Sakit Nampak sangat ramai sehingga membuat suasana bagaikan disiang hari, tampak pengunjung adalah sahabat bunda, rekan-rekan ayah, keluarga, sahabat-sahabat Ifah, malah sahabat-sahabat Reza pun ada yang menyempatkan diri untuk melihat keadaan adik sahabatnya. Dan telah tampaklah didepan pintu....

          Fira.... Dibalakangnya ada seorang pria dan anak kecil bersama seorang wanita “Oh mungkin itulah yang dimaksud kakak pertamanya yang telah memiliki iastri dan satu anak” gumam Reza dalam hati. Namun siapakah seorang gadis dibelakangnya lagi...? yang bergandengan tangan dengan seorang pria, diperhatikannya dengan seksamatingginya, cara jalannya, dan rambutnya “apakah gadis itu adalah Farisyah? Lalu siapa pria disampingnya itu? dan kenapa juga dia datang bersamaan dengan Fira?”hati Reza kembali bingung dengan keadaan yang sedang dilihatnya.
“ka’ Rez,,, Fira dah datang ko ngga’ disambut sich” seru Ifah yang mengagetkan Reza dari lamunannya
“oh iya, kakak tahu ko’. Fira kan ngga’ kemana-mana jadi bentar aja sapanya, lagian kakak masih kangen sama suara kamu”Reza berusaha mencari alasan
“jangan gitu donk ka’ tamu itu harus disambut apalagi Firakan sahabat Ifah” Ifah masih saja ingin mempersatukan mereka
“Fir, itu keponakan kamu yang pernah kamu ceritakan itu dulu?”Tanya reza sambil bermain dengan kedua anak kecil itu
“iya ka’ ni keponakan saya yang ernah saya ceritakan dulu”jawab Fira gugup
“siapa nama mereka Fir?” Tanya reza balik
“oh,,, anak pertama namanya Rafi dan adiknya lagi namanya Nandang sedangkan ini kakak pertamaku dan disampingnya kakak iparku” Jelas Fira memperkenalkan keluarganya walaupun mami dan papinya belum kelihatan
“lalu orangtua dan kakak keduamu dimana Fir?” cari Reza
“Oh... ka’Reza pengen kenalan dengan kakak keduaku yaa,,, mungkin masih sama mami diluar, tunggu sebentar ya ka’ Fira panggilin” kata Fira yang seraya keluar mencari sang kakak dan ortunya
“cepatan Fir... kakaku kan pengen kenalan sama calon kakak iparnya” teriak Ifah yang belum sembuh betul
“hus, Ifah jangan asal ngomong dech, kamu ni belum sembuh dah teriak-teriak lagi “ gumam Reza yang menyembunyikan rasa malunya

          Melihat tngkah Reza yang serba salah dibuat adiknya semua keluarga jadi tertawa terbahak-bahak apalagi ayah dan bundanya.
“ka’Reza, kenalin ini kakaku” sapa Fira yang tiba-tiba saja telah berada tepat dibelakang Reza, dan akhirnya Rezapun berbalik kaget
“Farisyah!!! Ko’ kamu ada disini?sapa yang kabarin kalo Ifah dah sembuh, akukan belum nagaih kabar”Tanya Reza
“ka’ Reza sudah kenal ya sama kakak Fira?” Tanya Fira kebingungan
“dia kakak kamu Fir?”Reza balik bertanya
“Iya, ka’ Farisyah ini kakaku yang kedua” terang Fira
“truz yang disampingnya sapa donk, kakak kamu juga? Tapi bukannya kalian Cuma bertiga bukan berempat”Reza menyelidiki
“disamping ka’Farisyah itu kakak Fira juga, tapi bukan kakak kandung melainkan  kakak ipar Fira, karena setelah Fira keluar dari Rumah Sakit kemarin mereka melangsungkan pernikahannya. Pengennya sich ka’ Reza datang tapi saat itu ka’ Reza juga sedang sibukkan di Paris” jelas Fira

          Astaqfirullah... Hikmah apa lagi yang tersembunyi dibalik semua ini, keluh Reza dalam hati, karena Reza belum bisa menerima kenyataan yang harus Ia hadapi saat ini, kenyataan pahit yang tak pernah dibayangka sebelumnya. Hancurlah semua harapannya kin, harapan yang telah ia pendam selama bertahun-tahun dengan tetap setia pada orang yang ia cintai, namun mengapa harus balasan ini yang ia terima?. Ketika adzan telah berkumandang dari Musolla Rumah Sakit, semua orang bersiap-siap menghadap Sang Kekasih Tercinta, namun tiba-tiba saja langkah Reza terhenti.
“kakak mau shalat dimana?”Tanya Ifah
“kakak mau Shalat di Musolla” jawab Reza singkat
“kakak shalat aja disini temani Ifah istirahat” minta Ifah
“baiklah kalo itu mau adikku yang cantik ini”
          Setelah menghadap Sang Kekasih, Reza kembali menatap sang adik yang telah tertidur lelap, dikecupnya kening Ifah denga do’a dan dijaganya dengan penuh kasih sayang, keseriusan Reza terhenti ketika melihat Farisyah telah berada dihadapannya.
“Rez, supnya mau disimpan dimana?” Tanya Farisyah bingung
“simpan aja diatas meja Syah” jawab Reza
“ya udah, kalo ada yang dibutuhkan aku ada diluar ya Za, natar tinggal coling aja” pesan Frisyah santai seperti baru mengenali Reza. Namun sebelum Farisyah meninggalkan ruangan Reza telah mencegatnya terlebih dahulu
“Syah, aku mau ngomong sama kamu, sebentar aja”
“Za, aku mohon jangan ganggu aku lagi”
“aku ngga’ ganggu kamu Syah, akukan dah bilang kalo aku hanya pengen ngomong aja sama kamu ngga’ lebih”
“Oke, kamu mau ngomong apa?” Tanya Farisyah
“Syah, apa betul kabar yang aku dengar dari Fira?”Reza memberanikan diri untuk mengajukan pertanyaan yang pahit baginya
“kabar apa?” Farisyah bingung
“kabar bahwa kamu dah meried sama putra”
“kalo emank iya, kenapa Rez, apa aku ngga’ boleh nikah?”
“secepat itu Syah...?”
“Za, aku harap kamu bisa terima semuanya dengan ikhlas, aku tahu kamu pernah hadir dalam kehiduanku sebagai seorang sahabat dan malah lebih dari itu, tapi jujur setetlah kita berpisah dan aku tak tahu sama sekali dimana keberadaanmu, dengan penuh perjuangan aku berusaha untuk melupakan semuanya walaupun saat-saat itu sangatlah sulit bagi hatiku. Saat kegundahan sedang aku hadapi aku masih tetap berusaha mencarimu, tapi semua hanya sia-sia, dalam penantian yang cukup lama putra datang membangkitkan semangat baru dlam hidupku yang sempat mati. Dan saat ia mengungkapkan perasaanya aku langsung saja menerimanya karena aku tidak ingin merasakan sakit hati dan kehilangan orang yang sangat kita cintai untuk kedua kalinya. Dan aku selalu saja berprinsip “kalo emank sudah jelas-jelas ada orang yang siap menyayangi aku dan menerima aku apa adanya untuk apa lagi aku berharap pada orang yang belum tentu menyayagiku” jelas Farisyah dengan bercucuran airmata
“aku ngerti semua perasaan kamu Syah, tapi apakah kamu yakin dengan keputusan yang telah kamu ambil ini?”Tanya Reza masih dengan keraguan
“aku sama sekali tidak menyesal dengan keputusan yang aku ambil Za, apa kamu kira pernikahan itu adalah sebuah ikatan permainan? Ya jelas tidakkan Za, pernikahan itu adalah hal yang sacral dan sekali seumur hidup Za...”jelas Farisyah sedikit kesal “dan aku harap kamu bisa terima semuanya dengan Ikhlas” lanjut Farisyah dan kemudian pergi meninggalkan Reza.

Þ    Perkataan bukanlah suatu cara untuk memperoleh pengertian dua insan. Bukanlah suku kata yang terucap dari bibir dan Lidah yang mempersatukan dua hati. Ada sesuatu yang lebih agung, mulia, dan suci ketimbanga apa yang diucapkan oleh mulut. 

“ka’ malam-malam ko’ duduk diteras sendirian trus ngelamun lagi, hayooo lagi ngelamunin siapa ni?”Ifah mengagetkan Teza dari lamunannya
“Ifa,,, jam segini ko’ belum tidut sich, ntar sakit lho, kata dokter Ifahkan harus banyak istirahat”Reza mengalihkan pemicaraan
“gimana Ifah bisa tidur kalo ka’ Reza sendiri belum tidur, ka’ Reza ngapain coba disini sendirian, ngga’ seperti biasanya tu ka’ Reza begini” selidik Ifah
“yach... kakak Cuma pengen lihat gimana indahnya bintang pada malam hari” Reza mencari alasan
“pengen lihat bintang pada malam hari atau... pengen nenangin hati sich” Tebak Ifah asal-asalan. Dan Reza langsung berbalik melihat sang adik, sedangnkan Ifah santai aja lagi...
“maksud kamu apa Ifah” Reza jadi was-was jika adiknya tahu apa yang sedang dipikirkannya
“ngga’ ko maksud Ifah kakak pasti sedang punya masalahkan”
“ngga’ ko kakak ngga’ punya masalah”
“ka’ Rez, gimana sich caranya agar orang itu dapat mempercayai kita sebagai seorang sahabatnya?”Tanya Ifah serius
“kamu ni ngomong apa sich De’ kamu lagi bertengkar ya sama Fira?”
“ngga’ ko ka’ Ifah Cuma pengen dipercayai sama orang yang Ifah sayangi” mata Ifah tampak telah berkaca-kaca
“De’... De’... kamu ini bicara apa sich, walaupun ngga’ ada orang yang mempercayai adik tapi kakak tetap percaya ko’ sama Ifah”hibur Reza dengan merangkul sang adik
“kalo emank kakak percaya sama Ifah kenapa kakak ngga’ mau cerita tentang masalah yang kakak hadapi selama ini”
“maksud Ifah masalah apa?”Reza makin bingung
“masalah kakak dengan ka’ Farisyah” akhirnya Ifah jujur
“Farisyah? Kakak ngga’ punya masalah sama dia, dia itu Cuma sahabat lama kakak saja waktu di SMA dulu”Reza mungkir
“sudahlah ka’, kakaka ngga’ perlu menyembunyikan apapun dari Ifah, karena Ifah ini bukan anak kecil lagi yang harus diam menyikapi segala sesuatu. Ifah sudah tahu kalo ka’ Farisyah itu selain sahabat kakak dia adalah orang yang selalu kakak cintaikan? Orang yang selama ini kakak harapkan kehadirannya dalam hari-hari kakak”
“Ifah kamu ini bicara apa sich, itu semuanya bohong”
“kalo emang Ifah salah dengar, trus siapa donk yang ngomong diruang dimana Ifah dirawat saat semua orang sedang pergi ke Musollah? Bukannya itu kakak dan ka’ Farisyah? Sudahlah ka’ ngga’ perlu bohong sama Ifah, Ifah ngerti ko perasaan kakak gimana sekarang saat tahu kalo orang yang kakak cintai telah hidup bersama orang lain”
“Jadi kamu sudah tahu semuanya Ifah”Tanya reza
“iya ka’ Ifah sudah dengar semua percakapan kakak dengan ka’ Farisyah beberapa hari yang lalu saat Ifah di Rumah Sakit, kenapa kakak ngga’ mau jujur sama Ifah, padahalkan Ifah adik kakak satu-satunya”
“bukannya kakak ngga’ mau jujur, masalahnya Ifah kan pengennya kakak bersatu sama Fira”
“jadi hanya karne Fira, ka’, jangan hanya karna rasa sayang kakak sama Ifah sampai-sampai semua kebahagiaan kakak juga harus dikorbankan, kalo seandainya kakak jujur saja sudah ada orang laen dihati kakak pasti Ifah akan mengerti dan ngga’ akan memaksakan kebahagiaan kakak, karna Ifah akan bahagia bila kakak juga bahagia” Ifah jadi merasa bersalah
“sudah jangan merasa bersalah begitu, lagian semua sudah terjadi, Farisyah kini telah menjadi milik orang lain dan tidak mungkin kakak merebutnya kembali, tapi jujur Fah, sulit bagi kakak untuk menerima Fira karena dia adalah adik dari orang yang sangat kakak cintai”
“ka’ jangan pernah menyalahkan siapapun dalam hal ini karena ini adalah ketetapan yang telh ditentukan, kalo emank sulit bagi kakak menerima Fira ngga’ apalah kakak cari yang lain saja, Ifah ngerti bagaimana sakitnya tinggal serumah dengan orang yang kita cintai”
“Makasih ya De’ kamu sangat ngerti perasaan kakak”
“kalo selama ini kakak selalu ngerti perasaan Ifah, kenapa sekarang Ifah ngga’ boleh ngebalasnya, itukan wajar”
“dah sekarang mending Ifah kembali ke kamar trus tidur ya karna hari sudah malam, besok kita lanjutkan lagi cerita kita. Oke!”
“Ifah mau tidur kalo ka’ Reza juga tidur”
“iya,,, iya,,, kakak juga mau tidur ko’”

**** @@@ ****
“Bagaimana sayang, apa kamu terimah lamaran dari keluarga Reza?”Tanya mami pada Fira yang duduk tersipu malu diantara semua keluarga, dan Fira tak tahu harus menjawab apa dia hanya menunduk menatap lantai dan diam seribu bahasa.
“bagaimana sayang...?”mami kembali bertanya dan lagi-lagi Fira diam tak menjawab pertanyaan mami
“Biasanya perempuan itu kalo ditanya trus diam tandanya setuju lho Mi” Farisyah menambahkan
“Fira terima Mi” jawabnya malu
“Alhamdulillah......” Seru keluarga serempak sepertinya ada kekompakan diantara ucapan mereka itu, bahagia karna akan mempersatukan dua keluarga
“Kira-kira kapan akad Nikahnya akan dilaksanakan?” Tanya Papi pada keluarga Reza
“Tanggal 19 September aja Yah, pas lho dengan ULTAH ka’ Reza” Ifah menambahkan dengan semangatnya membuat kelurga kaget
“Boleh juga, apakah keluarga yang lain setuju dengan keputusan ini?” Tanya ayah pada yang lainnya untuk meminta persetujuan
“ setujuuuuuuu.....” jawab keluarga lagi-lagi serempak
“Ifah, Farisyah... kalian berdua siapkan baju pengantinnya yaa, bedakan baju-baju disetiap acara dan usahakan warna baju jangan terlalu meyolok, sesuaikan saja dengan keadaan tempat”terang Papi
“Putra... Danu... kalian cari gedung mana saja yang akan kita gunakan nanti saat resepsi juga jangan lupa cari bentuk undangan agar semuanya cepat kita sebarkan” lanjut Ayah begitu semangat
“Sedangkan Bunda dan Mami carikan perhiasan apa saja yang akan dipakai oleh kedua mempelai, semuanya akan diatur oelh keluarga dan tidak ada campur tangan orang luar”kata Paman Arief yang tak lain adalah Paman yang merawat Reza selama melanjutkan studynya di Paris
“Ayah, apa ini tidak terlalu megah”Reza memotong pembicaraan
“maksud kamu apa Rez,”Tanya ayah balik
“maksud Reza apa tidak sebaiknya sederhana saja?”
“Reza... kamu itu Putra sulung kami jadi kami berhak memberikan apa saja padamu apalagi di hari bahagia dan sangat berarti buat kamu”kata ayah santai
“iya Rez, dan Fira juga anak bungsu kami, jadi ini adalah hari yang sangat bersejarah bagi kami semua dan tentunya bagi kalian berdua. Sudahlah jangan pikirkan apa-apa karna semua ini adalah tugas dan tanggung jawab keluarga” sambung Papi

Þ    Cinta adalah seekor burung jelita yang berharap untuk ditangkap, namun menolak untuk disakiti.

Minggu yang cerah dan tentunya menyimpan banyak kenangan, tepat jam 08.00 di Kediaman Dr.Irfan Farobi, Reza telah mengucapakan Ijab Kabul yang menandakan bahwa saat ini Reza telah mempunyai seorang Istri dan akan bertanggung jawab atasnya, dan dihadapa para hadirin Reza telah berjanji akan menjaga Fira sebagaimana Orangtuanya Menjaganya selama ini. resepsi pernikahan dilakukan pada malam harinya dengan mengenakan gaun biru bercorak bunga-bunga, Fira menuruni tangga didampingi oleh Farisyah dan Ifah. Begitu banyaknya tamu sehingga membuat Reza begitu lelah, namun kelelahanx hilang ketika tiba-tiba Farisyah membisikan sebuah pesan padanya.

“Za, loe pernah jadi sahabat gue, dan sekarang loe adalah adik Ipar gue, gue hanya minta satu dari loe, jaga adik gue baik-baik Za, jangan pernah sakiti perasaannya seperti loe selalu menjaga perasaan gue saat kita bersahabat dulu, karena gue sangat menyayaginya Za” pesan Farisyah dalam tangisnya.
“kamu ngga’ perlu takut Syah, aku tahu apa yang harus aku lakukan buat Firah, karena dia sekarag adalah bagian dari kehidupanku yaitu istri aku” balas Reza.

          Setelah melayani banyak tamu kini tiba saat perfotoan, banyak saja gaya yang dikeluarkan oleh Ifah dihari bahgianya dan juga bagi kakak dan sahabatnya. Malam yang penuh kebahagiaan, akankah terulang dimalam-malam yang akan datang?

“Halo kakak Ipar” Sapa Ifah pada Firah sekedar basa basi
“apaan sich kamu Fa, norak tahu” Fira merasa malu dibuatnya
“gitu aja ko malu sich” Ifah masih juga iseng padanya
“Fa,,, kamu kapan meriednya?” Tanya Roy yang tiba-tiba saja muncul
“aku meriednya kalo ka’Reza udah punya anak dulu Roy, iyak Fir” Ifah memainkan matanya masih juga memancing kemarahan sahabatnya itu
“Ifah,,, apa-apaan sich, senang banget gangguin orang” Fira akhirnya kesal juga
“wah, kalo tungguin mereka punya anak ntar kamu jadi perawan tua lho Fa” Roy mengejek
“biar tau rasa kamu jadi perawan tua, tuh disumpahin sama Roy” Fira sedikit lega karena ada yang membantunya dari gangguan Ifa
“sembarangan aja, cantik-cantik gini ko dibilangin perawan tua sich, ntar yang punya marah lo” jawabnya kesal pada Roy dan Fira
“emank kamu milik siapa Fa?” Tanya Roy bingung



2 komentar: