SeMoGa KaU
TaHu
Aku acuh tak acuh bila berjumpa
Ku diam saat kau sapa
Bukan apa-apa
Aku takut nanti ku rindu
Aku takut nanti ada salah
Aju takut nanti lukaku berdarah lagi
Aku takut nanti mencintaimu
Lalu ingin kembali padamu
Kututup mata bila melihatmu
Ku menghindar bila ada engkau
Bukan apa-apa
Lebih baik aku tidak pernah lagi mengenalmu
Lebih baik aku lupa pada senyummu
Agar tidak lagi mengharapkanmu
Sepintas reza membaca kembali surat
yang ditujukan untuknya dari sahabat karibnya saat SMA dulu. Tak sangka baginya
orang yang dianggapnya sebagai seorang sahabat, selalu ada dikala reza
membutuhkannya mempunyai perasaan lain padanya. Diingatnya kembali saat
mengetahui perasaan sahabatnya itu, agar memperkuat apa yang didengarnya dari
temen-teman sekelas, dan ditanyanya langsung saat pulang sekolah.
“sya… aku mau ngomong sebentar sama kamu, boleh ga’ soalnya
penting banget nih” teriak reza dari kejauhan yang berusaha mencegat farisya
hendak pulang bareng teman-temannya.
“boleh rez, manknya kamu mau ngomong apa sich” Tanya farisya
sedikit bingung
“aku sich pengen ngomong ma kamu tapi sepertinya tempatnya
bukan disini dech. Gimana kalo kamu pulang bareng aku aja sya….? Ajak reza
“ikutin aja sya ngga’ usa mikirin kita. Kitakan bisa kapan
saja” seru kawan-kawan farisya yang tahu apa yang sedang bergejolak dihati
farisya saat itu
“oke dee
aku akan pulang bareng kamu, tapi kamu harus janji dulu sama aku, kalo pulang
nanti kamu harus anterin aku sampe rumah” minta farisyah
“iya… iya…
bentar aku anterin sampe rumah, jangan takut selama sama aku kamu pasti baik-
baik aja” reza membalas
“semuanya…
kita pergi dulu yaa…. Da….” Keduanya pergi dan meninggalkan yang lain
Di TaMaN SeKoLaH……
“sebenarnya
ada apa sih rez, serius banget. Ga’ seperti biasanya, kamu ada masalah apa lagi
sih rez?” Tanya farisyah santai yang masih tak tahu menahu tujuan reza
memanggilnya
“sya (reza
memulai pembicaraan)”
“yuph, da
apa???” risyah masih bingung
“sya…
(reza memulai dengan sedikit ragu) kamu itu sudah ku anggap sebagai sahabat
sejak lama, suka dukapun selalu kita jalani bersama jadi boleh dikata antara
kita tidak ada kebohongan” seru reza gugup
“iya za,
aku tahu persahabatan kita sudah cukup lama dan semua itu kita arungi bersama
tanpa ada keluh kesa dalam menjalani semuanya, dan diantara kita juga tidak
pernah ada sesuatupun yang disembunyikan, apa yang kamu tahu aku pasti tahu dan
begitupun sebaliknya. Tapi rez, manknya da apa kamu membahas itu?” sambung
risya mantap
“tapi
sepertinya kepercayaanku padamu selama ini sia-sia saja sya, karna kamu belum
jujur sepenuhnya padaku” akhirnya reza berani memulai pokok permasalahan
“apa
maksudmu rez, aku tidak mengerti?” farisyah gugup
“sepertinya
aku tidak perlu menjelaskan panjang lebar tentang apa yang telah ku dengar dari
kawan-kawan sekelas kita selama beberapa hari ini kan sya?” kata reza begitu
serius
“tentang
persahabatan kita…???” farisyah menebak
“bukan
hanya tentang persahabatan kita, tetapi juga tentang perasaan yang kau pendam
selama ini sya, perasaan yang yang kau pendam tanpa memberitahukan padaku”
balas reza
“kamu ni
apa-apaan sih rez, kamu lagi ngaur yach…” farisya berusaha lari dari pertanyaan
dan keseriusan reza
“tidak
perlu mengalihkan pembicaraan sya, aku hanya butuh jawaban darimu tentang apa
yang aku dengarkan “farisyah hanya bisa diam tak sanggup menjawab pertanyaan
sahabatnya itu” kenapa sich kamu tidak pernah jujur sama aku, kenapa juga aku
mesti dengar semua itu dari teman-teman kita, bukan dari kamu sendiri?” sejenak
perkataan reza terhenti karena sesak didadanya namun kemudian ia kembali
menatap sahabatnya itu dan melanjutkan permasalahannya” aku kira dengan
menjalani semua ini dan dengan kedekatan kita selama ini tidak ada lagi suatu
perkara yang kau sembunyikan dariku. Jujur sya aku kecewa sama kamu. Karena
ternyata aku begitu bodoh dan tidak pernah dipercayai oleh sahabatku sendiri”
reza meninggalkan farisya dengan penuh kemarahan.
Begitu terkejutnya farisyah melihat
sifat reza yang kelihatannya begitu marah pada dirinya. Selama persahabatan
mereka baru kali ini ia melihat reza begitu marah hingga mengangkat suara.
Ingin ditahannya kepergian reza, namun ia tersadar kembali bahwa semua ini juga
salahnya yang tak pernah jujur pada sahabatnya sendiri. Akhirnya setelah
pertemuan ditaman sekolah itu, reza tak pernah lagi melihat farisyah, jika reza
menanyakan farisyah pada teman-teman terdekatnya maka yang didapati reza
hanyalah gelengan kepala.
Seminggu tiada kabar tentang farisyah
membuat reza merasa menyesal akan sifatnya yang terlalu keras pada farisyah
saat pertemuan itu, namun entah mengapa tiba-tiba saja reza mendengar kabar
dari kepala sekolah bahwa farisyah telah keluar dari sekolah ini dan pindah
entah kemana, dan pihak sekolahpun tidak mengetahui sebab pindahnya salah satu
murid teladan itu. “farisyah telah pindah sekolah!” dan terakhir reza hanya
mendapat selembar kertas dari dari sahabat farisyah.
My Lovelly Friend’s
Rezha…
Ringkas saja surat ini……
Za… dengan penuh
rasa penyesalan, aku mohon maaf yang sebesar-besarnya karena telah menghianati
persahabatan kita dan juga telah menyia-nyiakan kepercayaan yang selama ini kau
berikan padaku. Saat menulis surat ini Alhamdulillah aku dalam keadaan sehat
wal’afiat namun kurasa kau tak perlu tahu kemana aku pergi karena hanya akan
menambah kekecewaan dalam dirimu.
Za… sebenarnya aku belum siap mengatakan semuanya padamu,
tapi karena kau terlebih dahulu telah mendengar dari teman-teman maka dalam
surat ini aku akan jawab dengan jujur semua pertanyaanmu dan kabar yang kau
dengar dari teman-teman. Sesungguhnya apa yang kau dengar itu adalah benar
adanya, aku sudah cukup lama menaruh perasaan padamu, tapi sangat mustahil
bagiku untuk mengungkapkannya lebih dulu. Selain itu selama didekatmu aku tidak
melihat hal yang sama padaku, kau hanya menganggapku hanya sebagai seorang
sahabat ataupun seorang adik yang masih banyak membutuhkan bimbingan dari sang
kakak.
Za… aku hanya pengen
Tanya, kelirukah jika cinta datang dari persahabatan yang lama dan akrab?
Terakhir, maafkan aku za, karena aku tidak bisa hidup dalam perasaan yang
terombang-ambing. Aku pamit akan pergi jauh dari kehidupanmu, dan aku harap
engkau akan memberikanku maaf.
Farisyatun Khoiriyyah
*****@@@@@*****
“hayoooo…
kakak gi ngapain senyam-senyum sendiri… seperti orang yang baru keluar dari
rumah sakit jiwa aja dee” ulfa mengagetkan reza yang duduk didepan teras rumah
“hmmm…
ulfa, ngagetin aja” seru reza yang baru saja tersadar dari lamunannya
“ka’ reza
sich, bukannya kedalam dah malam gini, eh… malah duduk sendiri diteras ngelamun
lagi” kata adik angkatnya itu yang baru beberapa hari ini keluar dari rumah
sakit
Seminggu di New Delhi cukup
menyenangkan bagi reza, dan sekarang reza telah kembali menginjakan kakinya di
Paris dengan penuh kebahagiaan. Sesampainya dirumah tak dilihatnya seorangpun,
setelah membereskan pakaiannya dan take a dinner reza lalu merebahkan dirinya
diatas kasur yang kurang lebih seminggu ditinggalkannya, dan menepis
kerinduannya.
Apalah arti hidup
Tanpa seorang kakak
Apalah arti kakak
Tanpa kasih dan sayang
“gimana
liburan kamu disana rez…?” Tanya paman saat sarapan pagi
“cukup
menyenangkan ko’…” jawabnya begitu singkat
Dengan
lahapnya reza menyantap hidangan yang ada dihadapannya, tanpa menghiraukan
pertanyaan sang paman dan bibinya, namun betapa terkejutnya reza melihat seorang
gadis yang baru saja keluar dari pintu kamar tamu, dilihatnya lebih jelas lagi
dan sang gadispun mendekat dikucaknya matanya berkali-kali ternyata reza bukan
dialam mimpi.
“met pagi
semua… sudah pada nungguin yach…” sapa sang gadis
“sayang,
kamu dah bangun yach, bibi kirain tadi masih bobo” sang bibi balas menyapa
“udah
bangun lagi… Cuman tadi pas mau keluar ada yang nelpon” jawab afifah santai.
Sedangkan reza masih tak menyangka bahwa yang ada dihadapannya saat ini adalah
sang adik tercinta yang entah kapan tibanya dar Indonesia
“ka’ rez…
gimana liburannya di negri orang? Pasti kakak mempunyai banyak storykan buat
ifa?” dan yang ditanya hanya bengong” ka’ sadar donk pagi-pagi ko masih
ngelamun sich…” ifa mengagetkan reza dari lamunannya
“eh, iya…
iya… kakak sadar ko’. Tapi kamu benar afifahkan?” Tanya reza bimbang
“ya
iyalah,,, afifah adik ka’ reza, gimana sich baru aja pulang dari negri orang
dah lupa sama adik sendiri, jangan bilang ya kalo kakak amnesia” ifa jadi takut
“eh ifa…
kakak masih waras lagi… de’ kamu kapan datangnya truz datang ma sapa kesini dan
sudah berapa hari nginap disini?” Tanya reza seperti mengintrogasi seorang
tahanan.
“yeee…
kakak ni nanya pa introgasi pencuri sich… aku datang sendiri dan disina
kira-kira sudah 10 hari” jawab ifa santai
“ifa… ifa…
laen kali kalo mau kesini itu kabarin dulu, jangan seperti ini”
“biasa aja
lagi ka’ ifakan dah dewasa”
“iya
sich,,, tapi….”
“tapi
kakak harus temani ifah jalan sebentar. Oke” ifah memotong pembicaraan reza
“oke…
oke…” reza hanya bisa mengalah bilamana telah diperhadapkan dengan permintaan
ifah yang begitu membuatnya makin sayang peda adik semata wayangnya ini.
*****######*****
Malam
yang menyenangkan membuat reza dan afifah belum juga memejamkan mata walaupun
jarum jam dinding telah menunjukan pukul 10.30. cerita demi cerita terus
terlontar dari mulut keduanya, dan terkadang tanpa sadar canda tawah mereka
membuat gaduh diruang tengah atau biasanya digunakan sebagai ruang keluarga.
“trus
gimana?” Tanya reza
“ya… adik
terima” jawab ifa malu
“itukan…
bukannya kakak pernah ingetin bahwa kebencian itu awal datangnya rasa rindu,
dan rasa rindu itu awal datanya rasa suka, namun sesungguhnya semua itu adalah
cinta juga fitrah manusia”
“jadi…
kakak ga’ ngerestui?” ifa cembeut
“eh… sapa
bilang kakak ga’ restui, kakak Cuma ingatin aja waktu SMA dulu kamu tu benci
banget sama dia, kadang juga sampai diusir dari rumah, tapi sekarang…” reza
berhenti
“tapi
sekarang kenapa ka’?” selidik ifa
“sekarang
dia bukan sekedar menjadi sahabat kakak tapi juga menjadi seorang pengawal buat
adik kakak yang manis ini” rayu reza pada ifa, dan keduanyapun senyum bahagia.
Kebahagiaan itu dirasakan ifa kembali saat sang kakak mengusap rambutnya yang
terurai tanpa diikatnya, dan sesekali diciumnya rambut adiknya itu…
“eh, ka’…
ade lupa, ada salam dari teman ifa” ifa kembali memecahkan keheningan
“teman ade
yang mana? Ko’ dia bsa tahu kakak?” Tanya reza sedikit kebingungan
“dia itu
teman kuliah ifa, dan ifa sudah sering cerita tentang kakak sama dia, orangnya
baik banget lho ka’ kelihatan dewasa, ga’ berlebihan, cantik,uhhhh… pokoknya
semua-semuanya dech…” kenang ifa pada sahabatnya itu
“pasti
dekat banget ya sama ade?” reza menambahkan
“ya jelas
dekatlah…. Ifa sayaaaaaaang banget ma dia, ifa pengen dia selalu hadir dalam
hari-hari ifa karena ifa ga’ pengen kehilangan sahabat seperti dia” tambahnya
lagi
“kalo
emank ade ga’ pengen kehilangan sahabat seperti dia, ya ade harus menjaga
persahabat yang telah kalian bina jangan sampe persahabatan itu harus runtuh
hanya karna satu masalah yang diselesaikan dengan keegoan masing-masing. Trus
apa hubungannya dengan kakak de’?” reza kebingungan
“emank
kakak ga’ simpatik pa sama dia?”
“simpatik? Maksud ade apa
sih?”
“maksud ade kakak ga’ naksir
apa sama dia?”
“apa!!! Naksir…? Pa ga’ salah
tu?”
“ya jelas
ga salah donk ka’, dia itu banyak kesamaannya lho sama kakak, makanya ifa
berinisiatif buat kenalin dia sama kakak sapa tahu aja jodoh”
“mank
namanya sapa sich?”
“namanya
itu… fira “
“fira…?
Nama yang bagus, pasti orangnya juga cantikan”
“jelas
cantik donk ka’.
“kalo
dianya gimana?”
“dianya sich
gampang biar nanti ifa yang urusin”
“ya udah
salam balik ja buat dia”
*****######*****
Þ Ingatkah engkau kepada embun pagi
bersahaja
Yang menemanimu sebelum cahaya
Ingatkah engkau kepada angin yang
berhembus mesra… Yangkan membelaimu cinta……
“de… handphone
bunyi ni, ada yang memanggil…” teriak reza dari teras
“iya ka’…
bentar” jawab ifa dari kamarnya”
“cepetan
dikit de… kasihan yang nelpon…”
“iya..
iya… siapa sich pagi-pagi dah telpon” keluh ifa seraya keluar dari kamarnya dan
berlari menuju teras dan menyambar hp dari tangan kakaknya
“halo,
assalamu’alaikum” sapa ifa
“wa’alaikum
salam” jawab orang seberang
“ada apa
sich tumben telpon” canda
“ga’ sich
Cuma kangen aja sama kamu, ko lama banget sich telponku diangkat” Tanya orang
sebrang
“sory… tadi
hp ku dipegang sama kakaku so… akunya lagi dandan dikamar”jawabnya
“trus
kakak kamu dimana sekarang?”
“nich
masih disampingku, manknya kamu mau ngomong?” Tanya ifa balik
“ngga’ ah…
salam kenal aja”
“eh…
hampir lupa, kakaku kirim salam juga lho buat kamu”
“ah, yang
benar aja kamu fa,”
“mank
sejak kapan aku suka becanda? Lagian kamu sich orang kirim salam bukannya
dijawab malah curigaan lagi…”
“oh…
wa’alaikum salam… eh fa, dah dulu ya ngobrolnya karna nyokap dah panggil ni
tadi aku telpon kamu karena kangen pengen dengar suara kamu aja”
“eh, kamu
nutup telponnya bukan karena lari dari percakapan kita ini kan?” selidik ifa
“ya
ngga’lah… aku tuh betulan harus pergi sekarang temenin nyokap”
“ya udah
de kalo ada waktu telpon lagi yaa”
“iya… iya…
pasti, dah dulu ya assalamu’alaikum…”
“wa’alaikum
salam… tut… tut…” kontak antara keduanya pun putus
Putaran waktu dari hari kehari tiada
tersa, kini enam tahun sudah berlalu dengan sendirinya. Gelar s1 dan s2 telah
diraih reza dengan penuh kerja keras. Kini pulang ke Indonesia adalah hal yang
dinantikannya, kesyukuran tersendiri baginya kembali menginjakan kaki ditempat
dimana reza telah dilahirkan dan dibesarkan oleh keluarga besarnya. Semua
keluarga telah menunggunya dibandara “Soekarno Hatta” tangisan penuh rindu,
kecupan dan pelukan dari sanak saudara membuatnya teringat kembali pada masa
kanak-kanaknya yang selalu dimanjakan oleh semua keluarga.
Terlihatlah dari kejauhan, tepatnya
keramaian di rumah “Dr.H.Taufiqurrahman” acara syukuran yang dilaksanakan dikediaman
beliau, berkat keberhasilan yang diraih oleh sang putra sulungnya. Para rekan
kerja, kerabat, yang datang memenuhi kediaman mereka hanya untuk mengucapkan
selamat atas keberhasilan reza mewakili Indonesia sebagai mahasiswa yang
teladan. Kebahagiaan yang dirasakan oleh Hj. Fatih dapat dilihat dari senyum
yang terpancar dari wajahnya yang ayu saat melayani semua tamu.
“rez,
kenalin ini rekan kerja papa” ayah menyapa reza
“reza”
jawab reza singkat dengan mengulurkan tangan salam perkenalan
“ Irfan Farobi,
seorang pengusaha di Singapura, dan sekaligus rekan kerja ayah kamu” kenalnya
Þ Sayangilah perkenalan, disitu
terciptanya kemesrahan.
Hargailah perhubungan disitu terciptanya kerinduan.
Hargailah keduanya karena itulah rahmat,
Dan Rahmat hanyalah dari Sang Penyayang.
“Fira…” memperkenalkan diri
“Reza…” Menyambutnya dengan ramah “sudah berapa lama kenalan
sama Ifah… ?” sambung reza
“yach,,, udah cukup lama” jawabnya sedikit malu
“kalo ngga’ salah kamu sekolahnya di singapurkan? Tapi kenapa
kuliahnya sekarang di Indonesia?” Tanya Reza
“Sebenarnya sich udah lama aku pengen ke Indonesia, tapi mama
ngga’ ngizinin. Soalnya kakak juga di Indonesia, kalo aku pergi berarti mama
ngga’ punya teman donk jadi kebetulan aja kemarin setelah pelulusan kakak balik
ke Singapur, dan aku baru saja dapat izin dari mama buat lanjutkan study ke
Indonesia” jelas Fira Panjang Lebar
“kamu berapa bersaudara sich…?” Tanya reza
“aku tiga bersaudara, emanknya ada apa?”
“kakakmu dimana sekarang? Truz kamu sendiri anak ke berapa?”
Selidik reza penasaran
“Hmmm…… saya seperti diselidikin polisi ni… tapi ngga’ apa ko
aku akan jawab semuanya. Aku anak bungsu dari tiga bersaudara, kakak pertamaku
cowok dan sekarang udah meried dan punya dua anak, sedangkan kakak kedua sudah
kesingapur gentian sama aku jagain mama, tapi rencananya sich… dalam bulan ini
mereka mau come back to Indonesia, mau melangsungkan pernikahannya” jawab ifa
tanpa ada yang terlewatkan
“kalo ntar semuanya dah pada meried, trus kamunya kapan…?”
canda Reza
“kalo Fira sich belum mikirin kesana, soalnya Fira masih
fokus sama kuliah?” jawabnya malu
Sepintas
perbincangan yang terjadi diantara mereka berdua saat bertemu dikantor Duta
besar Paris. Suatu kejadian yang tak disangka-sangka, pertemuan yang menyimpan
satu perasaan bagi Fira, entah perasaan apa itu, apakah perasaan yang ada
dihati Fira sama dengan perasaan yang dirasakan oleh Reza?
*****#####*****
Minggu yang menyenangkan bagi reza karena
akhirnya reza dapat menghirup udara segar pagi ini di Jakarta. Seusai joging
reza lalu menuju supermarket terdekat, hari ini reza tak bersama adik tercinta,
karena Ifah sedang menemani Danu sang kekasih ke Bandung menyelesaikan tesisnya.
Rencananya setelah pulang dari supermarket reza singgah ditaman samping
sekolahnya yang telah lama ditinggalkannya. Dilihatnya kembali gedung-gedung
sekolah yang sudah semakin meningkat sedangkan pengaturan kelas masih sama
seperti dulu, dilihatnya para siswa yang
sedang duduk bercanda ditaman, di ingatnya saat menuntut ilmu ditempat ini. namun………
“De’… ada
yang bisa bapak bantu?” Tanya seorang pria yang memakai kacamata, dan
rambut putihnya sudah mulai
terlihat
“eh..
tidak pak, saya hanya jalan-jalan saja” jawabnya
“apakah
ade adalah alumni dari sekolah ini?” tanyanya
“iya pak,
saya adalah seorang alumni dari sekolah ini”
“kalo
boleh tahu adik angkatan tahun berapa yaa…?”
“saya
angkatan tahun 2000 pak, dan nama saya Reza”
“kalo
bapak tidak salah ade yang meraih juara pada saat itukan?” beliau mengingatkan
“iya pak,
tapi kenapa bapak bisa tahu?”
“Reza…
reza… kamu sudah lupa yaa, saya ini pak wisnu penjaga sekolah ini sejak kamu
menginjakan kaki disekolah ini sampai kamu pergi entah kemana” Ia mengigatkan
Reza
“Oh… pak
Wisnu, sory pak aku sudah agak lupa masalahnya udah lama ngga’ ketemu sich…”
“kamu dari
mana saja Rez…” Tanya pak Wisnu
“aku baru
dari Paris selama enam tahun ini, dan baru saja pulang” jelas Reza
“Untunglah
kamu datang tepat waktu, karena tiga hari lagi akan diadakan reuni semua
alumni”
“reuni
pak…? Saya boleh datangkan?” Tanya Reza
“ya jelas
bilehlah kamukan alumni dari sekolah ini jugakan, malah kamu dulunya adalah
seorang siswa yang berprestasi lagi, masa jalan-jalan kesekolah saja ngga’
boleh…” puji pak Wisnu
“makasih
banyak yaa atas infonya pak… insya Allah saya pasti datang”
Rasa rindu pada diri Reza tak dapat
dibendungi, ingin secepatnya tiga hari berlalu karena ketidak sabaran Reza
ingin bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang telah lama tak Reza temui. “
Bagaimana ya keadaan si Roy yang playboy itu yaa? Apakah dia sudah sadar?
Bagaimana dengan Indah yang selalu saja mencari muka pada si eko, apakah mereka
telah jadian? Dan Serla! Masihkah ia mengingat saat kami terkurung bersama
dalam kelas?” banyak kenangan yang di ingat Reza membuatnya tersenyum sendiri,
namun senyuman itu mulai pudar saat Reza kembali mengingat satu sosok , sosok
yang pernah menaruh perasaan padanya. “Farisya!!! Dimana dia sekarang, apakah
dia juga akan ikut dalam reuni besok? Masih adakah perasaan itu untukku?
Ataukah mungkin sekarang dia telah mendapatkan yang terbaik” beribu pertanyaan
terselubung didalam hatinya, namun dipendamnya dalam-dalam.
Dari kejauhan sekitar 5 meter lebih
dilihatnya banyak mobil yang berjejer dibagasi sekolah. Siaaaalll…!!! Reza
telat bangun saat dicarinya ifah, kata bunda ifah sudah pergi sejak tadi
bersama danu diambilnya mobil dan melaju pergi, takut acara keburu selesai.
Semua sahabatnya telah berkumpul saat turun dari mobil dan memasuki gerbang
sekolah langkah Reza terhenti.
Þ Saat kembali bertemu didepan
gerbang sekolah, kukenang kembali akan dirimu, dalam indahnya kebersamaan
pernah kau sakiti hatiku. Penderitaan akan terhapus manakala engkau kembali
memberikan satu senyuman yang pernah engkau balas dendam. Tidakkah engkau ingat
kebersamaan dalam satu kesatuan? Saat-saat indah tak akan terulang, mungkin ini
tak akan kembali.
Reza
menatap seorang gadis yang berdiri tepat lima langkah dihadapannya, gadis itu
begitu anggun, matanya… hidungnya… juga
rambutnya… membuatku teringat pada seseorang. Farisyakah dia? Tapi tidak
mungkin karena farisyah bukanlah alumni dari sekolah ini.
“Rez, ko’
bengong sich, masuk yuk” ajak Danu
“iya, tapi
Dan, ifahnya mana?”Tanya Reza balik
“didalam
rez, lagi kumpul bareng sama teman-temannya”jawab Danu
Kerinduan
mereka dicurahkan dengan canda dan tawa, berbagi cerita selama mereka berpisah,
ada diantara mereka yang datang dengan gandeng, yang udah tunangan dan adapulah
yang sudah meried, tapi dalam perkumpulan itu semua kembali bersatu tanpa ada
perbedan.
“Rez, dah
ketemu belum…? Tanya eko
“ketemu
ama siapa?”Tanya Reza bingung
“jangan
pura-pura lupa gitu donk friend” kata roy
“betul gue
benar-benar ngga’ ngerti apa maksud kalian”
“Dan
ingetin dulu tuh calon kakak ipar lo”seru eko
“maksud
mereka itu, kamu dah ketemu sama Farisyah belum?jelas Danu
“Farisyah?
Mau ketemu dimana sama dia”Tanya Reza balik
“Lo ngga’
tahu ya Rez, sebenarnya Farisyah itu adalah alumni sekolah ini juga, malah
sekarang dia juga hadir ditengah-tengah kita”kata Roy
“Apa?
Farisyah ada disini, ko’ aku ngga’ tahu sich”celetuk Reza
“Lo ngga’
tahu atau pura-pura ngga’ lihat sich Rez”tanyanya
“dia lagi
bareng teman-temannyalah, emanknya elo mau kumpul bareng mereka?” Tanya Danu
“ngga’ ah,
gue disini aja” balas Reza agak memales
“Lo masih
marah ya Rez sama Farisyah” Tanya eko
“Marah…?
Ngapain aku mesti marah sama dia”
“kalo
emank Lo ngga’ marah, trus kenapa elo ngga’ mau diajak ketemuan ma dia?”
“bukannya
aku ngga’ mau ketemu ma dia, tapi aku masih pengen kumpul bareng sama kalian,
lagiankan sudah lama kita ngga’ ketemu, kalo masalah Farisyah bentar ajalah
baru kita gabung bareng mereka” terang Reza
“Rez, lo
ngomong gitu bukan berarti elo cari alasankan?” selidik eko sedikit curiga
“ya
nggalah… aku serius tahu…” jawabnya
“ngga’ gue
kirain elo mau lari lagi” celetuk Danu
Lama
Reza terlarut dengan cerita-cerita bersama rekan-rekannya. Namun tiba-tiba saja
percakapan mereka terputus karena salah seorang diantara mereka yang berteriak
memanggil seseorang.
“Rez… Rez…
itu Farisyah” spontan eko menunjuk Farisyah yang sedang bersama teman-temannya,
tak jauh dari tempat mereka berdiri
“M-a-N-a?”Tanya
Reza dengan wajah pucat
“Farisyah……”
panggil roy dengan lambaian tangan, betapa kagetnya Reza, ingin rasanya ia
berlari tapi tak mungkin, karena Farisyah yang dipanggil kini telah menuju
ketempat mereka. Ia masih sama seperti dulu dan tak ada yang berubah darinya,
selangkah… dua langkah… dan iapun sampai dihadapan mereka.
“ada apa
Roy…”Tanya Farisyah
“bukan gue
yang cari loe Syah, tapi si Reza”tunjuk Roy tanpa ada perasaan bersalah
sedikitpun, sedangkan Reza dan Farisyah bagaikan gunung besar yang sedang
mereka pikul tak sadar akan apa yang terjadi. Dan kawan-kawan Rezapun tanpa
pamit meninggalkan mereka berdua.
“Hai Syah…
pa kabar…”Tanya Reza sedikit gugup
“seperti
yang loe lihat sekarang Za…”jawabnya singkat
“Loe makin
cantik aja ya Syah”puji Reza
“biasa aja
kale Za…” jawab Farisyah sedikit ketus
“Loe makin
berubah aja ya Syah”seru Reza
“yaa jelas
donk Za, ngga’ mungkinlah harus seperti dulu terus, kalo seseorang terus berpatokan
pada kesalahan lalu tanpa memperbeikinya berarti Indonesia takan pernah maju
donk”jawabnya asal
“tapi
Syah… perubahan kamu itu bukan berarti kamu lupa pada masa lalu kamukan?”Reza
mengingatkan
“maksud
kamu aku harus ingat akan persahabatan kita?”
“persahabatan…
juga perasaan Syah…”Za aku ngga’ punya waktu untuk membahas saat itu, bagi aku
yang lalu biarlah berlalu”terang Farisyah tegas
“apa kamu
benar-benar telah ngelupain semuanya Syah?”
“apa-apaan
sich Za, kamu ingin buat aku merasa bersalah lagi ya yang kedua kalinya”
Farisyah emosi
“tahan
amarah kamu Syah, aku ngga’ nyuruh kamu untuk susah payah angkat suara, aku
juga ngga’ punya maksud buat kamu merasa bersalah gitu, karena aku tidak pernah
merasa telah membuat kamu sakit hati, dan aku cukup bahagia karena bisa ketemu
kembali sama kamu hari ini dan aku hanya ingin kamu tahu bahwa cinta itu tidak
pernah salah mau timbul dari hati mana saja, karena cinta adalah fitrah dan dia
bukan paksaan. Kenapa kemarin kamu mesti pergi begitu saja tanpa menunggu
keputusan dari aku, okelah dulu aku sangat kesal padamu karena kenapa aku mesti
dengar semua itu dari teman-teman kita, bukan dari kamu langsung” terang Reza
mengenang masa lalu.
Farisyah
hanya bisa diam mendengarkan penjelasan dari Reza, memang seharusnya dulu
Farisyah tidak pergi begitu saja meninggalkan Reza tanpa memberikannya
penjelasan. Tapi yach sudahlah yang lalu biarlah berlalu, karena tidak mungkin
semuanya akan kembali seperti dulu lagi. “Sya... aku akan tetap menunggu
jawaban dari mu sampai kapanpun, apapun keputusan dari kamu akan aku terima
dengan ikhlas. Tapi aku yakin Syah, kamu belum melupakan semua masa lalu
kita,walaupun mungkin kamu akan menyangkali hal itu tetapi aku bisa melihat
dari mata kamu Syah... “ setelah mengutarak perasaannya yeng terselubung selama
bertahun-tahun lamanya, Reza lalu meninggalkna Farisyah yang masih berdiri
mematung memikirkan keputusan apa yang harus diambilnya.
Apakah
mungkin Farisyah akan kembali pada cinta pertamanya? Cinta yang telah
mengajarkannya tentang banyak hal. Kini pintu kebahagiaan telah terbuka lebar
dihadapannya, tapi semua itu takan mungkin terjadi, karena Farisyah kini adalah
milik orang. Dan sebentar lagi mereka akan diikat cincin pertunangan dan akan
berlanjut kepelaminan. Haruskah Farisyah jujur pada Reza akan keberadaannya
sekarang ini? namun sulit baginya untuk mengungkapkan segalanya, karena rasa
cinta itu masih ada dalam hatinya, ataukah Farisyah akan membatalkan semua
rencana yang telah dibuat oleh keluarganya dan juga keluarga putra? Ya
Allah...... apakah yang sebenarnya terjadi pada diri Hamba.....
Dan
Reza.... kegundahannya tiada berakhir ketika di ingatnya keinginan sang adik
“Ifa pengeeen banget kalo ka’ Reza jadian sama Fira, karena dia adalah orang
pertama yang mengobati kegundahan hati Fira semenjak kakak pergi ke luar Negri.
Dan Fira adalah sahabat setia bagi Ifa, karena dia selalu membari semangat buat
Ifa dalam menghadapi segalanya, dan tabah dalam melepaskan kepergian kakak”
kata-kata itu membuat Reza kembali dipusingkan antara dua pilihan Farisyah
orang yang pernah menjadi sahabatnya dan pernah menjadi mimpi indah dalam
hidupnya, ataukah Fira sahabat karib sang adik yang beberapa hari ini selalu
dihantui bayangnya dalam hayalan Reza.
******@@@@@******
“ Za...
kalo ngga’ ada kesibukan, cepat datang ke Paris karena Ulfah masuk Rumah
Sakit. Penyakitnya semakin parah.
Dan kami butuh bantuanmu.”
Sms
terakhir yang didapat oleh Reza dari ayah Ulfah, belum tuntas masalahnya dengan
Farisyah juga Fira, kini Reza harus pergi ke Paris menemani adik angkatnya itu
yang juga membutuhkannya. Sulit bagi Reza untuk menolak, karena orang tua Ulfah
telah meminta izin kepada ayah dan bunda, dan keduanya mengizinkan Reza untuk
pergi ke Paris. Tetapi bagaimanakah dengan Farisyah yang minggu ini akan
memberikan jawaban kepada Reza? Dan juga Firah yang sampai saat ini masih setia
menunggu keputusan dari Reza tentangnya? Tentunya bagi Reza belum mempunyai
keptusan yang pasti, karena kebimbangan kini kembali membingungankannya.
Pesawat
tujuan Paris akan berangkat 15 menit lagi, semua keluarga telah berkumpul di
Bandara Internasional Soekarno. Namun hati Reza masih gelisah, karena sosok
yang ditungguinya belum juga muncul, ditekannya nomor yang tertera didalam
ponselnya namun masih juga tidak aktif. Akhirnya diulisnya sms.
“Syah...
aku dah mau berangkat, kenapa kamu belum muncul juga, aku terima kalo kamu
masih marah sama aku, atau kamu mau agar aku tidak hadir lagi dalam
kehidupanmu, tapi please untuk saat ini kamu datang ke Bandara”
Reza masih tampak gelisah,
mondar-mandir ditengah keramaian orang banyak, ditunggunya Farisyah namun tak
kunjung muncul, ditunggunya balasan sms dari Farisyah juga tak ada, terakhir
sebelum berangkat Reza kembali mengirim sms.
“Syah...
aku pamit pergi, sampai ketemu dilain hari, jujur aku masih bimbang tentang
perasaanku, aku pergi hanya sebentar, jaga kesehatanmu”
Hancurlah semuanya... Tiada lagi
kepercayaan, tiada lagi kebahagiaan, semuanya telah lenyap dibawah oleh
kebohongan. Dan orang yang disayanginya kini telah pergi. Hati farisyah hancur
tercabik-cabik oleh semua kebohongan yang terjadi padanya, ingin rasanya ia
berlari menemui Reza di Bandara, namun saat itu Putra juga membutuhkannya.
Mustahil baginya menghianati orang yang telah membuka lembaran baru dalam
hidupnya. Kini Farisyah hanya bisa bermunajat disetiap sujud malamnya agar
selalu diberikan ketenangan jiwa, dan kesabaran hati dalam menentukan tujuan
Hidupnya.
Paris masih sama seperti satu tahun
lalu. Kini Reza telah berada tepat di depan ruang ICU menunggu hasil operasi
dari Tim Dokter, sejam sudah operasi dilakukan namun belum juga ada hasil dari
Tim Medis. Dua jam... tiga jam... empat jam... dan akhirya Tim Medispun keluar,
dengan penuh ketegangan semua keluarga berdiri dan...
“Dok, gimana
keadaan putri kami?” Tanya pak Hadi yang sedang mendiamkan sang Isteri dalam
rangkulannya
“Dok, anak
saya selamatkan?” Tanya Ibu Ulfah menambahkan, dan melihat keadaan seperti ini
Reza tak dapat menahan kesedihannya
“apakah
pasien putri bapak?”Tanya dokter pada pak Hadi
“iya Dok,
dia putri saya” jawab pak Hadi sedikit tegang
“tuan dan nyonya
tidak perlu cemas, putri anda baik-baik saja dan dia telah melewati masa
kritis, dan untuk beberapa hari ini butuh istirahat yang banyak” jelas dokter
“terimah
kasih dok”
“barterimah
kasihlah pada Allah” balas dokter
Dengan penuh kesetiaan Reza menunggui
ulfah hingga siuman, ayat Qur’an selalu dilantunka, sujud sembah dan do’a
selalu dipanjatkan Reza pada Yang Kuasa agar sang adik dapat berkumpul kembali
ditengah-tengah mereka.
“Nak Reza,
terimakasih banyak telah meluangkan waktu datang kesini” kata ibu
“ngga’ apa
ko bu, reza kesini jugakan pengen jengukin adik ulfah dan semunya” reza
merendah
“ibu boleh
minta reza jangan dulu balik ke Indonesia hingga ulfah siuman, karena ibu
takutnya kalo siuman nanti ulfah cari nak reza lagi”minta ibu pada reza
“iya, reza
akan jagain ulafah ko bu sampai dia kembali siuman, ibu jangan khawatir rezakan
sudah menganggap ulfah seperti adik” jawabnya reza menyenangkan ibu.
Bagi Reza mungkin dibalik semua ini
tersimpan Hikmah yang sangat besar, mungkin dengan berangkatnya Reza
meninggalkan Indonesia, Reza dapat menenangkan diri dan kembali memecahkan
masalahnya bersama dengan mama dan papanya juga adik angkatnya itu. disela-sela
menempuh kebahagiaan menenangkan jiwanya yang sedang berontak, Reza tak kuasa
menahan cobaan yang satu ini.
Begitu
terkejutnya Reza ketika mendapat kabar dari Danu kalo Afifah saat ini sedang
dirawat dirumah sakit karena kecelakaan bersama Fira saat menuju bandung
melakukan pelatihan kedokteran, dan keduanya masih dalam masa kritis, sedangkan
Farisyah saat ini juga telah menyuruhnya untuk kembali ke Indonesia jika memang
Reza serius akan perasaannya.
Ya Allah... yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang
selalu memberi Rasa kasih dan sayang juga kebencian pada setiap insan. Hamba
kembali bermunajat kepada-Mu dalam keadaan hati yang terombang-ambing. Ya
Allah... Salahkah diri HAmba jika ingin berbagi kepada orang lain? Engkau Maha
Mengetahui apa yang tidak diketahui oleh manusia. Banyaknya permasalahan yang
datang silih berganti adalah anugrah dari-Mu, namun bantulah hamba dengan apa
jalan yang telah Engkau tentukan dalam kehidupan hamba. Ya Allah... Lindungilah
adik hamba”Afifah” Lindungilah orang yang hamba sayangi “Fira” dan Lindungilah
orang yang sangat hamba Cintai “Farisyah”. Dengan izin-Mu Ya Robby berikanlah
mereka kesembuhan agar mereka dapat kembali menghirup Udara segar di Bumi
Ciptaan-Mu ini. Sesungguhnya semua akan terjadi hanya dengan izin darti-Mu.
* * * * $$$$$ * * * * * *
“za, kapan
sich elo balik ke Indonesia?”Tanya danu dari sebrang
“sepertinya
aku belum bisa menjawabnya sekarang Dan, karena Ulfah juga masih membutuhkanku
disini”jawab Reza
“jadi elo
lebih mementingkan adik angkat elo itu dari pada adik elo sendiri?”
“aku
sayang semuanya Dan, dan aku juga tidak ingin kehilangan mereka berdua”
“gue jadi
heran sama lo Rez, dulu elo mati-matian ngga’ mau ninggalin Indonesia karena
elo ngga’ pengen pisah jauh dari Ifah. Tapi sekarang jelas-jelas Ifah sedang
membutuhkan elo, elo malah membagi kasih sayang elo pada orang lain” suara Danu
mulai berubah
“Dan...
Ulfah itu sudah aku anggap seperti adikku sendiri, sekarang ini keluarganya
sangat membutuhkanku hingga masa kritis Ulfah selesai, jadi aku harus jaga
perasaan mereka. Ngga’ mungkin aku pamit pulang sedangkan Ulfah belum sembuh
total?” jelas Reza dengan sedikit amarah.
“Rez,,,
paling ngga’ Ulfah itu sudah selelsai menjalani operasi, sedangkan Ifah? Ifah
koma Rez, dan Fira juga sedang kritis. Kalo emank elo adalah seorang kakak yang
selalu ada buat adiknya, gue sebagai sahabat elo, gue mohon sekarang juga elo
balik ke Indonesi”Danu menantang
“Dan,,,
kenapa sich kamu jadi berubah begini, aku kira kamu adalah sahabat yang selalu
mengerti dan memahami apa yang aku rasakan, tapi kenapa sekarang kamu malah
berani menantang sahabatmu sendiri”
“sory
Rez,,, bukannya gue nantangin elo, tapi gue hanya ingin elo juga ngerti
perasaan Ifah dan perasaan keluarga elo yang sedang sedih melihat keadaan adik
lo, gue ngerti disana juga mereka membutuhkan elo, tapi apakah elo lebih
memntingkan keluarga elo ataukah keluarga yang telah melahirkan, memlihara, dan
memberikan elo segalanya sampai saat ini. apa elo dah lup Rez, tenteng janji
yang pernah elo ucapin pada ortang tua lo saat kelahiran adik lo dulu?”
“(Reza
terdiam sesaat) aku masih ingat Dan, tapi bukan berarti kamu maksa kayak gini Dan
apalagi sampe angkat suara seperti tadi” Reza masih menahan amarahnya.
“terserah
elo aja Rez, gue pusing harus ngomong apalagi sama elo” suara Danu merendah
“Dan....
Dan.... dengarin dulu penjelasanku....”
Berulang kali Reza memencet ponselnya
mencoba menghubungi danu kembali, namun ponsel Danu tak dapat dihubungi lagi,
Reza kembali mengingat kata-kata Danu tadi saat menyuruhnya kembali ke Tanah
air. Apakah mungkin bagi Reza untuk pamit kepada papa dan mamanya? Dan
bagaimanakah perasaan mereka nantinya, bukankah semalam mama memintanya untuk
tinggal beberapa hari lagi? Namun bagaimana pula dengan Ifah, Farisyah, dan
Fira, yang juga membutuhkannya? Ya Robb,,, berikanlah hamba ketenangan, hamba
pusing harus berbuat apa.
Kegundahan yang terganjal di hati
Farisyah kini terjawab sudah, setelah berkonsultasi dengan sang adik dan
beberapa sahabatnya juga selalu bermunajat kepada Sang Kholik, akhirnya dengan
penuh ketenangan hati Farisyah akan tetap berpegang teguh pada keputusan yang
telah diambilnya tanpa harus berkonsultasi dengan keluarganya. Rencananya
setelah sang adik keluar dari Rumah Sakit barulah Farisyah akan berunding
dengan keluarga yang lainnya. Semalam Fira telah menyadarkan diri dari kritis,
namun Fira harus banyak istirahat karena kondisinya masih lemah.
Lalu
bagaimanakah dengan Ifah? Dapatkah Ifah mempertahankan hidupnya tanpa sang
kakak, marahkah Ifah jika mengetahui Reza tak menemaninya selama masa
kritisnya? Dendamkah Ifah jika mengetahui kasih sayangnya telah terbagi dua?
masihkah Reza dianggapnya kakak?
“Pesawat
Garuda Indonesia telah mendarat di Bandara Soekarno Hatta”
akhirnya Reza dapat kembali dengan selamat
setelah meninggalkan Indonesia sebulan lamanya, setelah menyimpan
barang-barangnya dirumah, sarapan dan mandi Reza lalu bergegas ke Rumah Sakit,
menemui sang adik yang entah bagaimanakah keadaannya sekarang?
“Assalamu’alaikum......
“Reza member salam dan mebuka pintu Rumah Sakit kamar 14, terlihatlah baginya
Sang adik yang terbaring lemah namun dari bibirnya ada sepintas senyuman manis
menyambut kedatangan kakaknya
“Wa’alaikum
salam...... Reza! Kapam tiba dari pari sayang? Kenapa ngga’ kabarin bunda
dulu?” Tanya bunda yang selalu setia mununggui Ifah, dari kedua bola matanya
terlihat jika dirinya sangat kelelahan menunggui sang buah hati
“baru saja
tiba bunda, hanya karena Reza kangen sama bunda dan Ifah makanya Reza buru-buru
kesini, bagaimana keadaan Ifah sekarang bunda?”Tanya Reza
“entahlah
Rez, bunda juga pusing bercampur sedih melihat adikmu terbaring lemah seperti
ini, bunda pengen dengar suara saat berceloteh, bunda kangen kemanjaanya, dan
bunda juga rindu kebersamaan Rez”tangis bunda
“bunda
yang sabar ya,,, Reza juga pengen seperti itu tapi mungkin bukan sekarang.
Allah masih menguji keluarga kita, pasti ada hikmah yang tersembunyi dibalik
semua ini bunda” Reza menenangkan bunda
Þ Duhai Adikku.....
Air mata ini tak akan mengalir
Mata ini tak akan sembab
Hati ini tak akan rindu
Perasaan ini tak akan sedih
Bila engkau ada disisi......
Duhai Adikku......
Senandung ini hanya untukmu
Senyum ini hanya umtukmu
Rasa rindu juga untukmu
Kubahagia bila kau bahagia
Semua hanya untukmu
Duhai Adikku......
Bangkitlah De’
Kakak rindu..... kakak kangen
Akan kemanjaan dan celotehmu
Kasih sayang kakak
Hanya untukmu De’.....
ditutupnya kembali diarenya yang berwarna biru langit itu,
dan kembali Reza meraih Qur’an diatas meja kemudian dilantunkannya disamping
sang adik, ayat demi ayat dibacanya dengan penuh kehusyu’an, terkadang tak
terasa baginya butiran-butiran Kristal yang jatuh bercucuran dari kedua
bolamatanya. Sesekali Reza berhenti dan menatap wajah Ifah, kemudian Reza
kembali melanjutkan dan suara itu datang lagi, dicarinya kembali asal suara
itu.
“ka’
Reza..... “ada sepintas suara yang terdengar membuat reza berhenti melantunkan
ayat suci Al-Qur’an, dicarinya dari manakah asal suara itu, tetapi reza tak
menemukannya, reza melanjutkan namun suara itu datang lagi, dicarinya kembali
asal suara itu
“ka’
Rez.... Ifah ada dimana sekarang?”Alhamdulillia..... sujud syukur dilakukan
Reza berulang kali, ternyata keajaiban Tuhan terbukti karena Ifah kini telah
kembali bersamanya, dengan cepat digenggamnya tangan Ifah kemudian dikecupnya
kening sang adik berkali-kali, setelah melalui pemeriksaan Dokter dan Ifah
dinyatakan telah siuman dari komanya, Reza lalu menghubungi orang tua serta
semua keluarganya.
Tampaklah kebahagiaan di ruang VIP
no.14 itu, canda tawa keluarga membuat hati bunda kembali berseri-seri setelah
sebulan lamanya terhanyut dalam kesedihan. Namun bagi Reza semua tak ada
artinya dibandingkan dengan kesembuhan Ifah, terlebih lagi suatu kesyukuran
bagi Reza karena saat melantunkan ayat-ayat Qur’an sang adikpun sadar dari
komanya. Malam itu Rumah Sakit Nampak sangat ramai sehingga membuat suasana bagaikan
disiang hari, tampak pengunjung adalah sahabat bunda, rekan-rekan ayah,
keluarga, sahabat-sahabat Ifah, malah sahabat-sahabat Reza pun ada yang
menyempatkan diri untuk melihat keadaan adik sahabatnya. Dan telah tampaklah
didepan pintu....
Fira.... Dibalakangnya ada seorang
pria dan anak kecil bersama seorang wanita “Oh mungkin itulah yang dimaksud
kakak pertamanya yang telah memiliki iastri dan satu anak” gumam Reza dalam
hati. Namun siapakah seorang gadis dibelakangnya lagi...? yang bergandengan
tangan dengan seorang pria, diperhatikannya dengan seksamatingginya, cara
jalannya, dan rambutnya “apakah gadis itu adalah Farisyah? Lalu siapa pria
disampingnya itu? dan kenapa juga dia datang bersamaan dengan Fira?”hati Reza
kembali bingung dengan keadaan yang sedang dilihatnya.
“ka’
Rez,,, Fira dah datang ko ngga’ disambut sich” seru Ifah yang mengagetkan Reza
dari lamunannya
“oh iya,
kakak tahu ko’. Fira kan ngga’ kemana-mana jadi bentar aja sapanya, lagian
kakak masih kangen sama suara kamu”Reza berusaha mencari alasan
“jangan
gitu donk ka’ tamu itu harus disambut apalagi Firakan sahabat Ifah” Ifah masih
saja ingin mempersatukan mereka
“Fir, itu
keponakan kamu yang pernah kamu ceritakan itu dulu?”Tanya reza sambil bermain
dengan kedua anak kecil itu
“iya ka’
ni keponakan saya yang ernah saya ceritakan dulu”jawab Fira gugup
“siapa
nama mereka Fir?” Tanya reza balik
“oh,,,
anak pertama namanya Rafi dan adiknya lagi namanya Nandang sedangkan ini kakak
pertamaku dan disampingnya kakak iparku” Jelas Fira memperkenalkan keluarganya
walaupun mami dan papinya belum kelihatan
“lalu
orangtua dan kakak keduamu dimana Fir?” cari Reza
“Oh...
ka’Reza pengen kenalan dengan kakak keduaku yaa,,, mungkin masih sama mami
diluar, tunggu sebentar ya ka’ Fira panggilin” kata Fira yang seraya keluar
mencari sang kakak dan ortunya
“cepatan
Fir... kakaku kan pengen kenalan sama calon kakak iparnya” teriak Ifah yang
belum sembuh betul
“hus, Ifah
jangan asal ngomong dech, kamu ni belum sembuh dah teriak-teriak lagi “ gumam Reza
yang menyembunyikan rasa malunya
Melihat tngkah Reza yang serba salah
dibuat adiknya semua keluarga jadi tertawa terbahak-bahak apalagi ayah dan
bundanya.
“ka’Reza,
kenalin ini kakaku” sapa Fira yang tiba-tiba saja telah berada tepat dibelakang
Reza, dan akhirnya Rezapun berbalik kaget
“Farisyah!!!
Ko’ kamu ada disini?sapa yang kabarin kalo Ifah dah sembuh, akukan belum nagaih
kabar”Tanya Reza
“ka’ Reza
sudah kenal ya sama kakak Fira?” Tanya Fira kebingungan
“dia kakak
kamu Fir?”Reza balik bertanya
“Iya, ka’
Farisyah ini kakaku yang kedua” terang Fira
“truz yang
disampingnya sapa donk, kakak kamu juga? Tapi bukannya kalian Cuma bertiga
bukan berempat”Reza menyelidiki
“disamping
ka’Farisyah itu kakak Fira juga, tapi bukan kakak kandung melainkan kakak ipar Fira, karena setelah Fira keluar
dari Rumah Sakit kemarin mereka melangsungkan pernikahannya. Pengennya sich ka’
Reza datang tapi saat itu ka’ Reza juga sedang sibukkan di Paris” jelas Fira
Astaqfirullah... Hikmah apa lagi yang
tersembunyi dibalik semua ini, keluh Reza dalam hati, karena Reza belum bisa
menerima kenyataan yang harus Ia hadapi saat ini, kenyataan pahit yang tak
pernah dibayangka sebelumnya. Hancurlah semua harapannya kin, harapan yang
telah ia pendam selama bertahun-tahun dengan tetap setia pada orang yang ia
cintai, namun mengapa harus balasan ini yang ia terima?. Ketika adzan telah
berkumandang dari Musolla Rumah Sakit, semua orang bersiap-siap menghadap Sang
Kekasih Tercinta, namun tiba-tiba saja langkah Reza terhenti.
“kakak mau
shalat dimana?”Tanya Ifah
“kakak mau
Shalat di Musolla” jawab Reza singkat
“kakak
shalat aja disini temani Ifah istirahat” minta Ifah
“baiklah
kalo itu mau adikku yang cantik ini”
Setelah menghadap Sang Kekasih, Reza
kembali menatap sang adik yang telah tertidur lelap, dikecupnya kening Ifah
denga do’a dan dijaganya dengan penuh kasih sayang, keseriusan Reza terhenti
ketika melihat Farisyah telah berada dihadapannya.
“Rez,
supnya mau disimpan dimana?” Tanya Farisyah bingung
“simpan
aja diatas meja Syah” jawab Reza
“ya udah,
kalo ada yang dibutuhkan aku ada diluar ya Za, natar tinggal coling aja” pesan
Frisyah santai seperti baru mengenali Reza. Namun sebelum Farisyah meninggalkan
ruangan Reza telah mencegatnya terlebih dahulu
“Syah, aku
mau ngomong sama kamu, sebentar aja”
“Za, aku
mohon jangan ganggu aku lagi”
“aku ngga’
ganggu kamu Syah, akukan dah bilang kalo aku hanya pengen ngomong aja sama kamu
ngga’ lebih”
“Oke, kamu
mau ngomong apa?” Tanya Farisyah
“Syah, apa
betul kabar yang aku dengar dari Fira?”Reza memberanikan diri untuk mengajukan
pertanyaan yang pahit baginya
“kabar
apa?” Farisyah bingung
“kabar
bahwa kamu dah meried sama putra”
“kalo
emank iya, kenapa Rez, apa aku ngga’ boleh nikah?”
“secepat
itu Syah...?”
“Za, aku
harap kamu bisa terima semuanya dengan ikhlas, aku tahu kamu pernah hadir dalam
kehiduanku sebagai seorang sahabat dan malah lebih dari itu, tapi jujur
setetlah kita berpisah dan aku tak tahu sama sekali dimana keberadaanmu, dengan
penuh perjuangan aku berusaha untuk melupakan semuanya walaupun saat-saat itu
sangatlah sulit bagi hatiku. Saat kegundahan sedang aku hadapi aku masih tetap
berusaha mencarimu, tapi semua hanya sia-sia, dalam penantian yang cukup lama
putra datang membangkitkan semangat baru dlam hidupku yang sempat mati. Dan
saat ia mengungkapkan perasaanya aku langsung saja menerimanya karena aku tidak
ingin merasakan sakit hati dan kehilangan orang yang sangat kita cintai untuk
kedua kalinya. Dan aku selalu saja berprinsip “kalo emank sudah jelas-jelas ada
orang yang siap menyayangi aku dan menerima aku apa adanya untuk apa lagi aku
berharap pada orang yang belum tentu menyayagiku” jelas Farisyah dengan bercucuran airmata
“aku
ngerti semua perasaan kamu Syah, tapi apakah kamu yakin dengan keputusan yang
telah kamu ambil ini?”Tanya Reza masih dengan keraguan
“aku sama
sekali tidak menyesal dengan keputusan yang aku ambil Za, apa kamu kira
pernikahan itu adalah sebuah ikatan permainan? Ya jelas tidakkan Za, pernikahan
itu adalah hal yang sacral dan sekali seumur hidup Za...”jelas Farisyah sedikit
kesal “dan aku harap kamu bisa terima semuanya dengan Ikhlas” lanjut Farisyah
dan kemudian pergi meninggalkan Reza.
Þ Perkataan bukanlah suatu cara untuk
memperoleh pengertian dua insan. Bukanlah suku kata yang terucap dari bibir dan
Lidah yang mempersatukan dua hati. Ada sesuatu yang lebih agung, mulia, dan
suci ketimbanga apa yang diucapkan oleh mulut.
“ka’
malam-malam ko’ duduk diteras sendirian trus ngelamun lagi, hayooo lagi
ngelamunin siapa ni?”Ifah mengagetkan Teza dari lamunannya
“Ifa,,,
jam segini ko’ belum tidut sich, ntar sakit lho, kata dokter Ifahkan harus
banyak istirahat”Reza mengalihkan pemicaraan
“gimana
Ifah bisa tidur kalo ka’ Reza sendiri belum tidur, ka’ Reza ngapain coba disini
sendirian, ngga’ seperti biasanya tu ka’ Reza begini” selidik Ifah
“yach...
kakak Cuma pengen lihat gimana indahnya bintang pada malam hari” Reza mencari
alasan
“pengen
lihat bintang pada malam hari atau... pengen nenangin hati sich” Tebak Ifah
asal-asalan. Dan Reza langsung berbalik melihat sang adik, sedangnkan Ifah
santai aja lagi...
“maksud
kamu apa Ifah” Reza jadi was-was jika adiknya tahu apa yang sedang
dipikirkannya
“ngga’ ko
maksud Ifah kakak pasti sedang punya masalahkan”
“ngga’ ko
kakak ngga’ punya masalah”
“ka’ Rez,
gimana sich caranya agar orang itu dapat mempercayai kita sebagai seorang
sahabatnya?”Tanya Ifah serius
“kamu ni
ngomong apa sich De’ kamu lagi bertengkar ya sama Fira?”
“ngga’ ko
ka’ Ifah Cuma pengen dipercayai sama orang yang Ifah sayangi” mata Ifah tampak
telah berkaca-kaca
“De’...
De’... kamu ini bicara apa sich, walaupun ngga’ ada orang yang mempercayai adik
tapi kakak tetap percaya ko’ sama Ifah”hibur Reza dengan merangkul sang adik
“kalo
emank kakak percaya sama Ifah kenapa kakak ngga’ mau cerita tentang masalah
yang kakak hadapi selama ini”
“maksud
Ifah masalah apa?”Reza makin bingung
“masalah
kakak dengan ka’ Farisyah” akhirnya Ifah jujur
“Farisyah?
Kakak ngga’ punya masalah sama dia, dia itu Cuma sahabat lama kakak saja waktu
di SMA dulu”Reza mungkir
“sudahlah
ka’, kakaka ngga’ perlu menyembunyikan apapun dari Ifah, karena Ifah ini bukan
anak kecil lagi yang harus diam menyikapi segala sesuatu. Ifah sudah tahu kalo
ka’ Farisyah itu selain sahabat kakak dia adalah orang yang selalu kakak
cintaikan? Orang yang selama ini kakak harapkan kehadirannya dalam hari-hari
kakak”
“Ifah kamu
ini bicara apa sich, itu semuanya bohong”
“kalo
emang Ifah salah dengar, trus siapa donk yang ngomong diruang dimana Ifah
dirawat saat semua orang sedang pergi ke Musollah? Bukannya itu kakak dan ka’
Farisyah? Sudahlah ka’ ngga’ perlu bohong sama Ifah, Ifah ngerti ko perasaan
kakak gimana sekarang saat tahu kalo orang yang kakak cintai telah hidup
bersama orang lain”
“Jadi kamu
sudah tahu semuanya Ifah”Tanya reza
“iya ka’
Ifah sudah dengar semua percakapan kakak dengan ka’ Farisyah beberapa hari yang
lalu saat Ifah di Rumah Sakit, kenapa kakak ngga’ mau jujur sama Ifah,
padahalkan Ifah adik kakak satu-satunya”
“bukannya
kakak ngga’ mau jujur, masalahnya Ifah kan pengennya kakak bersatu sama Fira”
“jadi
hanya karne Fira, ka’, jangan hanya karna rasa sayang kakak sama Ifah
sampai-sampai semua kebahagiaan kakak juga harus dikorbankan, kalo seandainya
kakak jujur saja sudah ada orang laen dihati kakak pasti Ifah akan mengerti dan
ngga’ akan memaksakan kebahagiaan kakak, karna Ifah akan bahagia bila kakak
juga bahagia” Ifah jadi merasa bersalah
“sudah
jangan merasa bersalah begitu, lagian semua sudah terjadi, Farisyah kini telah
menjadi milik orang lain dan tidak mungkin kakak merebutnya kembali, tapi jujur
Fah, sulit bagi kakak untuk menerima Fira karena dia adalah adik dari orang
yang sangat kakak cintai”
“ka’
jangan pernah menyalahkan siapapun dalam hal ini karena ini adalah ketetapan
yang telh ditentukan, kalo emank sulit bagi kakak menerima Fira ngga’ apalah
kakak cari yang lain saja, Ifah ngerti bagaimana sakitnya tinggal serumah
dengan orang yang kita cintai”
“Makasih
ya De’ kamu sangat ngerti perasaan kakak”
“kalo
selama ini kakak selalu ngerti perasaan Ifah, kenapa sekarang Ifah ngga’ boleh
ngebalasnya, itukan wajar”
“dah
sekarang mending Ifah kembali ke kamar trus tidur ya karna hari sudah malam,
besok kita lanjutkan lagi cerita kita. Oke!”
“Ifah mau
tidur kalo ka’ Reza juga tidur”
“iya,,,
iya,,, kakak juga mau tidur ko’”
**** @@@ ****
“Bagaimana
sayang, apa kamu terimah lamaran dari keluarga Reza?”Tanya mami pada Fira yang
duduk tersipu malu diantara semua keluarga, dan Fira tak tahu harus menjawab
apa dia hanya menunduk menatap lantai dan diam seribu bahasa.
“bagaimana
sayang...?”mami kembali bertanya dan lagi-lagi Fira diam tak menjawab
pertanyaan mami
“Biasanya
perempuan itu kalo ditanya trus diam tandanya setuju lho Mi” Farisyah
menambahkan
“Fira
terima Mi” jawabnya malu
“Alhamdulillah......”
Seru keluarga serempak sepertinya ada kekompakan diantara ucapan mereka itu,
bahagia karna akan mempersatukan dua keluarga
“Kira-kira
kapan akad Nikahnya akan dilaksanakan?” Tanya Papi pada keluarga Reza
“Tanggal
19 September aja Yah, pas lho dengan ULTAH ka’ Reza” Ifah menambahkan dengan
semangatnya membuat kelurga kaget
“Boleh
juga, apakah keluarga yang lain setuju dengan keputusan ini?” Tanya ayah pada
yang lainnya untuk meminta persetujuan
“
setujuuuuuuu.....” jawab keluarga lagi-lagi serempak
“Ifah,
Farisyah... kalian berdua siapkan baju pengantinnya yaa, bedakan baju-baju
disetiap acara dan usahakan warna baju jangan terlalu meyolok, sesuaikan saja
dengan keadaan tempat”terang Papi
“Putra...
Danu... kalian cari gedung mana saja yang akan kita gunakan nanti saat resepsi
juga jangan lupa cari bentuk undangan agar semuanya cepat kita sebarkan” lanjut
Ayah begitu semangat
“Sedangkan
Bunda dan Mami carikan perhiasan apa saja yang akan dipakai oleh kedua
mempelai, semuanya akan diatur oelh keluarga dan tidak ada campur tangan orang
luar”kata Paman Arief yang tak lain adalah Paman yang merawat Reza selama
melanjutkan studynya di Paris
“Ayah, apa
ini tidak terlalu megah”Reza memotong pembicaraan
“maksud
kamu apa Rez,”Tanya ayah balik
“maksud
Reza apa tidak sebaiknya sederhana saja?”
“Reza...
kamu itu Putra sulung kami jadi kami berhak memberikan apa saja padamu apalagi
di hari bahagia dan sangat berarti buat kamu”kata ayah santai
“iya Rez,
dan Fira juga anak bungsu kami, jadi ini adalah hari yang sangat bersejarah
bagi kami semua dan tentunya bagi kalian berdua. Sudahlah jangan pikirkan
apa-apa karna semua ini adalah tugas dan tanggung jawab keluarga” sambung Papi
Þ Cinta adalah seekor burung jelita
yang berharap untuk ditangkap, namun menolak untuk disakiti.
Minggu
yang cerah dan tentunya menyimpan banyak kenangan, tepat jam 08.00 di Kediaman
Dr.Irfan Farobi, Reza telah mengucapakan Ijab Kabul yang menandakan bahwa saat
ini Reza telah mempunyai seorang Istri dan akan bertanggung jawab atasnya, dan
dihadapa para hadirin Reza telah berjanji akan menjaga Fira sebagaimana
Orangtuanya Menjaganya selama ini. resepsi pernikahan dilakukan pada malam
harinya dengan mengenakan gaun biru bercorak bunga-bunga, Fira menuruni tangga
didampingi oleh Farisyah dan Ifah. Begitu banyaknya tamu sehingga membuat Reza
begitu lelah, namun kelelahanx hilang ketika tiba-tiba Farisyah membisikan
sebuah pesan padanya.
“Za, loe
pernah jadi sahabat gue, dan sekarang loe adalah adik Ipar gue, gue hanya minta
satu dari loe, jaga adik gue baik-baik Za, jangan pernah sakiti perasaannya
seperti loe selalu menjaga perasaan gue saat kita bersahabat dulu, karena gue
sangat menyayaginya Za” pesan Farisyah dalam tangisnya.
“kamu
ngga’ perlu takut Syah, aku tahu apa yang harus aku lakukan buat Firah, karena
dia sekarag adalah bagian dari kehidupanku yaitu istri aku” balas Reza.
Setelah melayani banyak tamu kini tiba
saat perfotoan, banyak saja gaya yang dikeluarkan oleh Ifah dihari bahgianya
dan juga bagi kakak dan sahabatnya. Malam yang penuh kebahagiaan, akankah
terulang dimalam-malam yang akan datang?
“Halo
kakak Ipar” Sapa Ifah pada Firah sekedar basa basi
“apaan
sich kamu Fa, norak tahu” Fira merasa malu dibuatnya
“gitu aja
ko malu sich” Ifah masih juga iseng padanya
“Fa,,,
kamu kapan meriednya?” Tanya Roy yang tiba-tiba saja muncul
“aku
meriednya kalo ka’Reza udah punya anak dulu Roy, iyak Fir” Ifah memainkan
matanya masih juga memancing kemarahan sahabatnya itu
“Ifah,,,
apa-apaan sich, senang banget gangguin orang” Fira akhirnya kesal juga
“wah, kalo
tungguin mereka punya anak ntar kamu jadi perawan tua lho Fa” Roy mengejek
“biar tau
rasa kamu jadi perawan tua, tuh disumpahin sama Roy” Fira sedikit lega karena
ada yang membantunya dari gangguan Ifa
“sembarangan
aja, cantik-cantik gini ko dibilangin perawan tua sich, ntar yang punya marah
lo” jawabnya kesal pada Roy dan Fira
“emank
kamu milik siapa Fa?” Tanya Roy bingung
Maaf sbLumx,,, kRna bLm bisa Q RmpunGkan ini...
BalasHapusPana mab mai teak si
BalasHapus