BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Air merupakan senyawa yang
bersifat pelarut universal, karena sifatnya tersebut, maka tidak ada air dan
perairan alami yang murni. Tetapi didalamnya terdapat unsur dan senyawa yang
lain. Dengan terlarutnya unsur dan senyawa tersebut, terutama hara mineral,
maka air merupakan faktor ekologi bagi makhluk hidup. Walaupun demikian
ternyata tidak semua air dapat secara langsung digunakan memenuhi kebutuhan
makhluk hidup, tetapi harus memenuhi kriteria dalam setiap parameternya
masing-masing
Berbagai sumber air yang dipergunakan
untuk keperluan hidup dan kehidupan dapat tercemar oleh berbagai sumber
pencemaran. Limbah dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan, dan
tumbuh-tumbuhan dapat menjadi penyumbang pencemaran terhadap air yang akan
dipergunakan, baik untuk keperluan makhluk hidup maupun untuk keperluan kehidupan yang lain. Keberadaan
Zat-zat beracun atau muatan bahan organik yang berlebih akan menimbulkan
gangguan terhadap kualitas air. Keadaan ini akan menyebabkan oksigen terlarut
dalam air berada pada kondisi yang kritis, atau merusak kadar kimia air.
Rusaknya kadar kimia air tersebut akan
berpengaruh terhadap fungsi dari air itu sendiri. Sebagaimana diketahui bahwa
oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena
oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan
anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan kegiatan biologis yang dilakukan
oleh organisme aerobik atau anaerobik. Sebagai pengoksidasi dan pereduksi bahan
kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun.
Disamping itu, oksigen juga sangat
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu,
seperti mikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan senyawa kimia beracun
rnenjadi senyawa lain yang Iebih sederhana dan tidak beracun. Oleh karena itu,
untuk mengetahui kadar oksigen terlarut yang terdapat dalam air perlu
dilakukan pemeriksaan kadar oksigen.
Semakin besar nilai DO pada air,
mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika
nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran
DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air
seperti ikan dan mikroorganisme. Pemeriksaan kadar oksigen terlarut didalam air
untuk mengetahui tingkat pencemarannya, dapat diketahui melalui pemeriksaan BOD
(Biochemical Oxygen Demand) dan pemeriksaan COD (Chemical Oxygen Demand).
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana menentukan kadar kandungan DO (Dissolved Oxygen ) pada sampel air limbah
2. Bagaimana menentukan kadar kandungan BOD (Biochemical Oxygen Demand) pada sampel air limbah !
3. Bagaimana menentukan kadar kandungan COD (Chemical Oxygen Demand) pada sampel air limbah !
C. Tujuan
Percobaan
1. Untuk menentukan kadar kandungan DO (Dissolved Oxygen ) pada sampel air limbah.
2. Untuk menentukan kadar kandungan BOD (Biochemical Oxygen Demand) pada sampel air limbah.
3. Untuk menentukan kadar kandungan COD (Chemical Oxygen Demand) pada sampel air limbah.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pengertian
dan Karakteristik Air Tercemar
Menurut Peraturan Mentri
Kesehatan RI No. 173/Menkes/VII/77: Pencemaran air adalah suatu peristiwa
masuknya zat kedalam air yang mengakibatkan kualitas (mutu) air tersebut
menurun sehingga dapat menggangu atau membahayakan kesehatan masyarakat.
Menurut Peraturan
Pemerintah RI No. 20 Tahun 1990: Pencemaran air adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam
air oleh kegiatan manusia, sehingga
kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang membahayakan yang
mengakibatkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Mukono,
2006. 18).
Menurut Mukono (2006.
19-20) beberapa faktor yang mempengaruhi pencemaran air, meliputi:
1.
Mikroorganisme:
Salah satu indikator bahwa air tercemar adalah adanya mikroorganisme patogen
dan non patogen didalamnnya. Danau atau sungai yang terkontaminasi/ tercemar
mempunyai spesis mikroorganisme yang berlainan dari air yang bersih. Air yang
tercemar umumnya mempunyai kadar bahan organik yang tinggi sehingga pada
umumnya banyak mengandung mikroorganisme heterotropik yang akan menggunakan
bahan organik tersebut untuk metabolisme, misalnya bakteri coliform.
2.
Curah
Hujan: Curah hujan disuatu daerah akan menentukan volume dari badan air dalam
rangka mempertahankan efek pencemaran terhadapa setiap bahan buangan didalamnya
(deluting effects). Curah hujan yang cukup tinggi sepanjang musim dapat lebih
mengencerkan (mendispresikan) air yang tercemar.
3.
Kecepatan
Aliran air (Stream Flow): Bila suatu badan air memiliki aliran yang cepat, maka
keadaan itu dapat memperkecil kemungkinan timbulnya pencemaran air karena bahan
polutan dalam air akan lebih cepat terdispersi.
4.
Kualitas
Tanah: Kualitas tanah (pasir atau lempung) juga mempengaruhi pencemaran air,
ini berkaitan dengan pencemaran tanah yang terjadi di dekat sumber air.
Beberapa sumber pencemaran tanah dapat berupa bahan beracun seperti pestisida,
herbisida, logam berat dan sejenisnya serta penimbunan sampah secara besar-besaran.
Ciri-ciri air yang mengalami pencemaran sangat bervariasi
tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan
polusi. Sebagai contoh air minum yang terpcemar mungkin rasanya akan berubah
meskipun perubahan baunya mungkin sukar dideteksi, bau yang menyengat mungkin
akan timbul pada pantai laut, sungai dan danau yang terpolusi, kehidupan hewan
air akan berkurang pada air sungai yang terpolusi berat, atau minyak yang terlihat
terapung pada permukaan air laut menunjukkan adanya polusi. Tanda-tanda polusi
air yang berbeda ini disebabkan oleh sumber dan jenis polutan yang berbeda-beda pula (Faisal.2010).
Menurut Effendi (2003),
air yang dikatakan tercemar dapat dilihat dari beberapa aspek karakteristik air
itu sendiri, yang mana karakteristik itu pula dibagi dalam 2 karakter yaitu:
1.
Karakteristik fisik meliputi :
a.
Suhu : Secara umum, kenaikan
suhu perairan akan mengakibatkan kenaikan aktifitas biologi sehingga akan
membentuk O2 lebih banyak lagi. Kenaikan suhu perairan secara alamiah biasanya
disebabkan oleh aktifitas penebangan vegetasi disekitar sumber air tersebut,
sehingga menyebabkan banyaknya cahaya matahari yang masuk tersebut mempengaruhi
akuifer yang ada secara langsung atau tidak langsung.
b.
Kekeruhan
: Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh
adanya bahan-bahan organik dan anorganik, kekeruhan juga dapat mewakili warna.
Sedang dari segi estetika kekeruhan air dihubungkan dengan kemungkinan hadirnya
pencemaran melalui buangan dan warna air tergantung pada warna air yang
memasuki badan air.
Kekeruhan dengan kadar semua jenis zat suspensi tidak dapat
dihubungkan secara langsung, karena tergantung juga kepada ukuran dan bentuk
butiran.
c.
Bau
dan rasa : Air yang baik idealnya tidak
berbau dan tidak berasa. Bau air dapat ditimbulkan oleh pembusukan zat organik
seperti bakteri serta kemungkinan akibat tidak langsung terutama sistim
sanitasi, sedangkan
rasa asin disebabkan adanya garam-garam
tertentu larut dalam air, dan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun
asam anorganik.
d.
Warna
: Dalam proses pengolahan air warna merupakan salah satu parameter fisika
yang digunakan sebagai persyaratan kualitas air baik untuk air bersih maupun
untuk air minum. Perinsip yang berlaku dalam penentuan parameter warna adalah
memisahkan terlebih dahulu zat atau bahan-bahan yang terlarut yang menyebabkan
kekeruhan.
2.
Dan untuk Karakteristik Kimia Menurut Mestati
(2007) meliputi :
a.
Derajat Keasaman (pH air) : Penting
dalam proses penjernihan air karena keasaman air pada umumnya disebabkan gas
oksida yang larut dalam air terutama karbondioksida. Pengaruh yang menyangkut
aspek kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH
yang lebih kecil 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan tetapi dapat menyebabkan
beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang sangat menggangu kesehatan
b.
Kesadahan : Kesadahan air
adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya Ion Kalsium
(Ca) dan Magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah juga merupakan
air yang memiliki kadar mineral yang tinggi. Air dengan kesadahan yang tinggi
memerlukan sabun lebih banyak sebelum terbentuk busa
B.
Pengertian DO, BOD dan COD
Kehidupan mikroorganisme, seperti ikan
dan hewan air lainnya, tidak terlepas dari kandungan oksigen yang terlarut di
dalam air, tidak berbeda dengan manusia dan mahluk hidup lainnya yang ada di
darat yang juga memerlukan oksigen dari udara agar tetap dapat bertahan hidup, karena air yang tidak
mengandung oksigen tidak dapat memberikan kehidupan bagi mikroorganisme, ikan
dan hewan air lainnya.
Untuk memenuhi kehidupannya, manusia
tidak hanya tergantung pada makanan yang berasal dari daratan saja (beras, gandum,
sayuran, buah dan daging), akan tetapi juga tergantung pada makanan yang
berasal dari air (ikan, kerang, cumi-cumi dan rumput laut).
Tanaman yang ada di dalam air, dengan
bantuan sinar matahari
melakukan fotosintesis yang
menghasilkan oksigen dimana oksigen yang dihasilkan dari akan larut di dalam air. Selain
itu, oksigen yang ada di udara dapat masuk pula ke dalam air melalui proses difusi
yang
secara lambat menembus permukaan air. Konsentrasi oksigen yang terlarut di
dalam air tergantung pada tingkat kejenuhan air itu sendiri, kejenuhan air dapat
disebabkan oleh koloidal yang melayang di dalam air oleh jumlah larutan limbah
yang terlarut di dalam air,
selain itu suhu air dan tekanan udara
juga dapat mempengaruhi
konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air dikarenakan tekanan udara
mempengaruhi kecepatan difusi oksigen dari udara ke dalam air (Rezki. 2010).
Kemajuan industri dan teknologi
seringkali berdampak pula terhadap keadaan air lingkungan, baik air sungai, air
laut, air danau maupun air tanah. Dampak ini disebabkan oleh adanya pencemaran
air yang disebabkan oleh berbagai
faktor. Pada umumnya air lingkungan yang telah
tercemar kandungan oksigennya sangat rendah, hal dikarenakan oksigen yang
terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk memecah/ mendegradasi
bahan buangan organik sehingga menjadi bahan yang mudah menguap (yang ditandai
dengan bau busuk).
Pada
umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat rendah.
Hal itu karena oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme
untuk memecah/mendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan yang
mudah menguap (yang ditandai dengan bau busuk). Selain dari itu, bahan buangan
organik juga dapat bereaksi dengan oksigen yang terlarut di dalam air organik
yang ada di dalam air, makin sedikit sisa kandungan oksigen yang terlarut di
dalamnya. Bahan buangan organik biasanya berasal dari industri kertas, industri
penyamakan kulit, industri pengolahan bahan makanan (seperti industri
pemotongan daging, industri pengalengan ikan, industri pembekuan udang,
industri roti, industri susu, industri keju dan mentega), bahan buangan limbah
rumah tangga, bahan buangan limbah pertanian, kotoran hewan dan kotoran manusia
dan lain sebagainya (Habib. 2011).
Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah
oksigen terlarut dalam air yang berasal darifotosintesa dan absorbsi
atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu perairan sangatberperan dalam proses
penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Oksigenterlarut (dissolved oxygen,
disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhanoksigen (Oxygen demand)
merupakan salah satu parameter penting dalam analisiskualitas air (Ficca. 2009).
Dengan
melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air dapat ditentukan seberapa
jauh tingkat pencemaran air lingkungan telah terjadi. Dapat diketahui
dengan menggunakan uji COD dan BOD.
BOD singkatan dari Biochemical Oxygen Demand, atau kebutuhan oksigen
biologi untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan didalam air limbah oleh
mikroorganisme. Dalam hal ini bungan organik akan dioksidasi oleh
mikroorganisme didalam air limbah, proses ini adalah alamiah yang mudah terjadi
apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup.
Sedangkan COD (Chemical Oxygen Demand) atau oksigen kimia untuk reaksi
oksidasi terhadap bahan buangan didalam air, dalam hal ini bahan buangan
organik akan dioksidasi oleh bahan kimia yang digunakan sebagai sumber oksigen
oxidizing agent (Habib. 2011).
C. Prinsip
Pemeriksaan BOD dan COD
COD (Chemical Oxygen
Demand = Kebutuhan Oksigen Kimia) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi zat-zat organic yang ada dalam sampel air, dimana
pengoksidasi K2 Cr2 O7 digunakan sebagai
sumber oksigen (oxidizing agent). Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran
air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses
mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air (Anonim,
2011).
Oksidi-reduktometri merupakan salah satu macam
titrasi. Oksidi-reduktometri adalah metode titrimetri
berdasarkan reaksi reduksi dan oksidasi dari titran dan titrat.
Oksidi-reduktometri digunakan untuk analisis logam dalam
suatu persenyawaan dan analisis senyawa organik. Oksidimetri
adalah teknik titrasi yang menggunakan titran sebagai suatu oksidator. Salah
satu teknik ini adalah permanganometri.
Pada metode ini, titran yang digunakan adalah ion permanganat, khususnya dalam bentuk garam kalium permanganat. Ion
permanganat bertindak sebagai oksidator dengan hasilreaksi berupa ion Mn 2+ (Rezki,
2010).
Biological Oxygen
Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) adalah suatu analisa empiris
yang mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang
benar-benar terjadi di dalam air Sedangkan angka BOD adalah jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat
organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air. Melalui kedua cara tersebut dapat ditentukan tingkat
pencemaran air lingkungan (Habib, 2011).
Pada titrasi iodometri,
analit yang dipakai adalah oksidator yang dapat bereaksi dengan I- (iodide)
untuk menghasilkan iod, iod
yang terbentuk secara kuantitatif dapat dititrasi dengan larutan tiosulfat.
Dari pengertian diatas maka titrasi iodometri adalah dapat dikategorikan
sebagai titrasi kembali. Metode titrasi iodometri langsung (kadang-kadang
dinamakan iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung
(kadang-kadang dinamakan iodometr i), adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang
dibebaskan dalam reaksi
kimia (Dinda, 2010)
kimia (Dinda, 2010)
Perbedaan dari kedua cara uji oksigen terlarut di dalam air
secara garis besar yaitu chemical oxygen
demand adalah kapasitas air untuk menggunakan oksigen selama peruraian senyawa
organik terlarut dan mengoksidasi senyawa anorganik seperti amonia dan nitrit. Sedangkan biological
(biochemical) oxygen demand adalah kuantitas oksigen yang diperlukan oleh
mikroorganisme aerob dalam menguraikan senyawa organik terlarut. Jika BOD suatu air tinggi maka
dissolved oxygen (DO) menurun karena oksigen yang terlarut tersebut digunakan
oleh bakteri.
Selain
itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya
oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat dianjurkan disamping
paramter lain seperti BOD dan COD. Di dalam air, oksigen memainkan peranan
dalam menguraikan komponen-komponen kimia menjadi komponen yang lebih
sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida dengan zat pencemar
seperti komponen organik sehinggazat pencemar tersebut tidak membahayakan.
Oksigen juga diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob,
dalam proses metabolisme. Dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin
giat dalam menguraikan kandungan dalam air (Rizki, 2010).
Untuk
mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati
beberapa parameter kimia seperti aksigen terlarut (DO). Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen ) maka kualitas air
semakin baik. Jika kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan
menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja
terjadi.
Satuan
DO dinyatakan dalam persentase saturasi.Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua
jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan
dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasibahan
± bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen. dalam suatu perairan berasal dari suatu
proses difusi dari udara bebas dan hasilfotosintesis organisme yang hidup dalam
perairan tersebut (Salmin, 2000).
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
A. Alat
dan Bahan
1. Alat
a.
Botol
winkler
b.
Botol
aqua sedang
c.
Buret
dan statif
d.
Botol
semprot
e.
Erlenmeyer
f.
Kaki
tiga
g.
Batang
pengaduk
h.
Gelas
kimia
i.
Spritus
j.
Sunglite
k.
Pipet
sedot
l.
Pipet
skala 1ml dan 10ml
2. Bahan
a.
Air
limbah (sampel)
b.
Aquades
c.
Larutan
alkali iodida azida
d.
Larutan
H2SO4 pekat
e.
Larutan
H2SO4 4N
f.
Larutan
KMnO4 0,05N
g.
Larutan
H2C2O4 0,05 N
h.
Larutan
MnSO4 40%
i.
Larutan
Na2S2O3 0,025 N
j.
Tissu
B. Prosedur
Kerja
1. BOD dan DO
a.
Pengambilan
sampel air limbah di Fakultas Sains dan Teknologi menggunakan botol winkler tanpa
gelembung
b.
Menambahkan
2 mL larutan MnSO4 40%, dan mendiamkan larutan selama beberapa menit untuk menghomogenkan
c.
Menambahkan
2 mL alkali iodida azida, kemudian mendiamkan hingga muncul endapan berwarna
coklat dan memindahkan larutan kegelas kimia kemudian dikocok
d.
menambahkan
2 mL H2SO4 pekat hingga endapan larut, lalu mengambil 100 mL dan memindahkan larutan kedalam
erlenmeyer
e.
Larutan
yang berada didalam erlenmeyer siap untuk dititrasi dengan larutan Na2
S2 O3 0,025N
f.
Menambahkan
indikator amilum dan melanjutkan kembali dengan titrasi hingga warna biru
hilang, kemudian catat volume titrasi.
2. COD
a.
Memasukkan
100 mL sampel tanpa gelembung kedalam erlenmeyer
b.
Menambahkan
5 mL H2SO4 4N dan menambahkan lagi dengan 10 mL larutan
KMnO4 lalu memanaskannya hingga mendidih kurang lebih 5 menit
c.
Menambahkan
10 mL H2C2O4 0,05N kemudian menitrasi selagi
panas dengan larutan KMnO4 0,05N hingga larutan berwarna merah muda.
Dan catat hasil volume.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
1. Oksigen Terlarut (DO0)
Zat yang
bereaksi
|
Hasil
pengamatan
|
Sampel
air + MnSO4 40% + alkali iodida azida
|
Larutan
keruh, terbentuk endapan warnanya putih susu
|
Ditambahkan
asam fulfat
|
Larutan
orange, endapan larut kembali
|
Dititrasi
dengan Na2 S2 O3
|
Larutan
kuning muda
|
Ditambahkan
indikator amilum
|
Larutan
berwarna biru gelap
|
Dititrasi
Na2 S2 O3
|
Larutan
bening
|
2. Oksigen Terlarut (DO4)
Zat yang
bereaksi
|
Hasil
pengamatan
|
Sampel
air + MnSO4 40% + alkali iodida azida
|
Larutan
keruh, terbentuk endapan warnanya putih susu
|
Ditambahkan
asam fulfat
|
Larutan
orange, endapan larut kembali
|
Dititrasi
dengan Na2 S2 O3
|
Larutan
kuning tua
|
Ditambahkan
indikator amilum
|
Larutan
berwarna biru gelap
|
Dititrasi
Na2 S2 O3
|
Larutan
bening
|
3. Chemical Oxygen Demand (COD)
Zat yang
bereaksi
|
Hasil
pengamatan
|
100ml sampel
+ 5ml H2SO4 4N + 10ml KMnO4
|
Larutan
jernih dan berwarna ungu
|
Dipanaskan
hingga mendidih +5 menit + 10ml H2C2O4
0,05 N
|
Larutan
menjadi kemerah-merahan dan berubah menjadi bening
|
Larutan
dititrasi selagi panas dengan larutan KMnO4 0,05 N
|
Hingga
berwarna merah muda
|
B. Perhitungan
1. DO dan BOD
a.
Rumus
:
b.
Penyelesaian
BOD = DO0 – DO4
2. COD
a.
Rumus
Keterangan :
A
= Volume Titran
B = N KMnO4
C
= N H2C2O4
b.
Penyelesaian
COD
= [(10ml + 6,6ml) x 0,05 grek/L] x 31,6
gram/grek x 1000 mg/gram
100
ml
= (16,6ml x 0,05 grek/L) – (0,5
grek/L) x 31,6 gram/grek x 1000 mg/gram
100
ml
= (0,83 grek/L ml – 0,5 grek/L x m) x
31600 mg/grek x 1000 mg/gram
100
ml
= 0,33 grek/L . ml x 31600 mg/grek
100 ml
= 10428 mg = 104,28 mg/L
100 L
C. Pembahasan
Air merupakan suatu persenyawaan kimia yang sangat sederhana yang terdiri
dari dua atom hidrogen (H) berikatan dengan satu atom (O), secara simbolik air
dinyatakan sebagai H2O. Air serta bahan-bahan dan energi dikandung
didalamnya merupakan lingkungan bagi jasad-jasad air.
Dalam pengolahan air limbah dikenal tiga parameter utama yaitu, oksigen terlarut (OT) atau Dissolved Oxygen (DO), kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) atau Biologycal Oxygen Demand (BOD) dan kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) atau Chemical Oxygen Demand (COD).
Dalam pengolahan air limbah dikenal tiga parameter utama yaitu, oksigen terlarut (OT) atau Dissolved Oxygen (DO), kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) atau Biologycal Oxygen Demand (BOD) dan kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) atau Chemical Oxygen Demand (COD).
Pada praktikum kali ini, dilakukan pengujian BOD (Biochemical
Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) dengan menggunakan botol winkler. Sampel yang digunakan adalah air
limbah dari Fakultas Sains Dan Teknologi UIN Alauddin Makassar. DO adalah
oksigen terlarut yang merupakan parameter penting dalam pemeriksaan kualitas
air. Kadar DO dalam air dapat ditentukan menggunakan dua cara yaitu model
titrasi dengan cara winkler dan metode elektrokimia. Namun dalam praktikum ini,
digunakan metode winkler.
Adapun bahan-bahan
yang digunakan pada percobaan kali
ini antara lain adalah aquades, air sampel, H2SO4 pekat, larutan alkali iodida azida, larutan
H2SO4 4N, Larutan
KMnO4 0,05N, Larutan H2C2O4 0,05 N,
Larutan MnSO4 40%, Larutan Na2S2O3
0,025 N. Pada uji Dissolved Oxygen (DO) dan uji Biological Oxygen Demand (BOD) perlakuan awal yang dilakukan ialah memasukkan sampel ke dalam botol
winkler yang bertutup dengan cara mencelupkan botol 450 dalam air
kemudian menutupnya agar tidak terdapat gelembung udara yang dapat mempengaruhi
kandungan oksigen pada sampel.
Kemudian menambahkan 2 mL larutan MnSO4 40% dalam botol yang
berisi sampel, penambahan MnSO4 ini berfungsi untuk mengikat oksigen menjadi Mn(OH)2
yang kemudian akan teroksidasi menjadi MnO2 berhidrat. Selanjutnya
menambahkan larutan alkali-iodida-azida dengan cara yang sama yaitu memasukkan
ujung pipet ke dalam larutan agar tidak terjadi percikan dan pereaksi tidak
keluar dari botol karena larutan ini sangat beracun. Penambahan pereaksi
alkali-iodida-azida ini berfungsi sebagai katalisator karena zat organik sangat
sukar bereaksi kemudian larutan di biarkan beberapa saat hingga terbentuk
endapan cokelat.
Setelah terbentuk endapan cokelat, larutan kemudian
dipindahkan kedalam erlenmeyer kemudian menambahkan larutan asam sulfat (H2SO4)
yang berfungsi untuk melarutkan endapan. Setelah endapan larut, dilanjutkan
dengan menitrasi larutan dengan menggunakan natrium tiosulfat (Na2S2O3)
hingga larutan berwarna kuning kemudian menabahkan indikator amilum (kanji) hingga berwarna biru.
Indikator kanji ini berfungsi sebagai indikator yang mengikat ion-ion yang ada pada
larutan alkali-iodida-azida
karena warna biru tua kompleks pati – iod berperan sebagai
uji kepekaan terhadap iod. Kepekaan itu lebih besar dalam larutan sedikit
asam dari pada dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida.
. Petitrasi dilakukan hingga
warna biru hilang, volume natrium tiosulfat (Na2S2O3)
yang diperoleh adalah 1,9 mL. Dari hasil perhitungan diperileh jumlah DO pada sampel sebesar 2,6 mg/L.
Metode Winkler dalam menganalisis
oksigen terlarut (DO) adalah dimana dengan
cara titrasi berdasarkan metoda winkler lebih analitis, teliti dan akurat
apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan
dalam titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi
larutan dan penambahan indikator amilumnya. Dengan mengikuti prosedur yang
tepat dan standarisasi secara analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen
terlarut yang lebih akurat. Sedangkan cara DO meter, harus diperhatikansuhu dan
salinitas sampel yang akan diperiksa.
Sedangkan pada uji Chemical Oxygen Demand (COD) perlakuan
awal yang dilakukan yaitu memasukkan sampel ke dalam erlenmeyar, kemudian
menambahkan asam sulfat (H2SO4) dan KMnO4 pada
larutan sehingga larutan berubah warna menjadi ungu, kemudian menaskan larutan hingga
mendidih dalam beberapa menit. Selanjutnya menambahkan asam oksalat (H2C2O4) hingga larutan berubah warna menjadi bening lalu larutan dititrasi
dengan menggunakan KMnO4 hingga
berubah merah muda. Titrasi dilakukan dalam keadaan panas karena pemanasan berfungsi untuk
mempercepat reaksi titrasi. Dari hasil perhitungan diperileh jumlah COD pada
sampel sebesar 104,28 mg/L.
Dari pemeriksaan yang dilakukan
praktikan diperoleh hasil 2,6 mg/L, bila merujuk pada keputusan Kepmen LH No. KEP-03/MENKLH/II/1991 tentang baku mutu limbah cair untuk golongan 3 BOD adalah 150 mg/L. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa
kandungan BOD pada air limbah Fakultas Sains Dan Teknologi masih aman karna
belum melebihi nilai standar pencemaran air, dan masih berdampak positif untuk
kelangsung hidup mikroorganisme yang hidup di air.
Sedangkan untuk pemeriksaan COD, menyiapkan 100ml sampel
yang kemudian ditambahkan 5ml H2SO4
4N dan 10ml larutan KMnO4 sehingga larutan berwarna ungu,
selanjutnya dipanaskan hingga mendidih kurang lebih 5 menit dan tambahkan 10ml
larutan H2C2O4 0,05N dan kemudian larutan
berwarna kemerah-merahan.. larutan dititrasi selagi panas dengan larutan KMnO4
0,05N hingga berwarna merah muda titrasi dapat dihentikan, hasil yang kami
dapatkan dari pemeriksaan ini 6,6ml.
Adapun hasil dari pemeriksaan COD
yang dilakukan praktikan, hasil yang diperoleh adalah 104,20 mg/L. Jika
ditinjau kembali dengan merujuk pada Kepmen LH No. KEP-03/MENKLH/II/1991 tentang baku mutu limbah cair
golongan 3 COD yaitu 300 mg/L, dari hasil pengujian ini dapat diketahui bahwa
limbah dari Fakultas Sains Dan Teknologi masih aman bagi mikroorganisme yang
hidup didalam air karena tidak melebihi nilai ambang batas.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari percobaan yang
praktikan lakukan diperoleh
hasil sebagai berikut:
1.
Kadungan
BOD (Biological Oxygen Demand) dan DO (Desolvid Oxygen) pada sampel air limbah
Fakultas Sains Dan Teknologi diperoleh hasil 2,6 mg/L.
2.
Kandungan
COD (Chemical Oxygen Demand) pada sampel air limbah Fakultas Sains Dan Teknologi diperoleh hasil 104,28 mg/L.
3.
Kandungan
oksigen terlarut (DO) pada air dilihat dari
kandungan COD dan BOD yang diambil untuk di uji mutunya masih aman bagi mikroorganisme yang hidup didalamnya.
B.
Saran
Sebaiknya dalam pelaksanaan praktikum setiap mahasiswa
dapat melakukan praktikum dengan lebih berhati-hati pada saat penggunaan bahan
kimia khususnya bahan kimia yang berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Denis Rica.
2010. Kualitas dan Kuantitas Air Bersih
Untuk Pemenuhan Kebutuhan Manusia.
Didownload dari file:///D:/refrensi%20BOD%20COD/KUALITAS%20DAN%20KUANTITAS%20AIR%20BERSIH%20UNTUK%20PEMENUHAN%20KEBUTUHAN%20MANUSIA%20%C2%AB%20JURNAL%20URIP%20SANTOSO.htm. Diakses 27 Oktober 2011
Erik. 2010. Pengertian COD dan BOD. Didownload dari http://erikarianto.wordpress.com/2008/01/10/pengertian-cod-dan-bod/. Diakses 21 Oktober 2011
Fitri. 2011. Pembuatan DO, COD dan BOD. Didownload
dari http://chemiztriituindah.blogspot.com/2011/07/pembuatan-do-cod-dan-bod.html.
Diakses 27 Oktober 2011
Hidayat Wahyu.
2008. Teknologi Pengolahan Air Limbah.
Didownload dari file:///D:/bod%20cod/Teknologi%20Pengolahan%20Air%20Limbah%20-%20Majari%20Magazine.htm. Diakses 27 Oktober 2011
Mershaly. 2010.
Laporan Praktikum Kimia Air.
Didownload dari http://mershaly.wordpress.com/2010/01/05/laporan-praktikum-kimia-air/.
Diakses 20 Oktober 2011
Mulia, Ricki M. Kesehatan
Lingkungan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005
Mukono. H. J. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan,
Surabaya: Airlangga University Press. 2006
Pratama Rezki. 2010.
Laporan Praktikum Analisa Terapan
Kandungan BOD dan COD Dalam Sampel Air Limbah. Didownload dari http://scients.darkbb.com/kimia-analitik-f7/cod-dan-bod-t12.htm. Diakses 20 Oktober 2011
Salmin. 2000.
Kebutuhan Oksigen Telarit (DO). Didownload dari http://annisanfushie.wordpress.com.kebutuhan-oksigen-terlarut-2000-(DO). Dikases 21 Oktober 2011
Susilawaty,
Andi, dkk. Panduan Praktikum Kesehatan
Lingkungan, Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2011
Syabatini
Annisa. 2009. Laporan Praktikum Kimia
Analitik II Percobaan Iodometri dan Iodimetri. Didownload dari http://annisanfushie.wordpress.com/2009/07/17/iodometri-dan-iodimetri/.
Diakses 21 Oktober 2011
Umar Nisbantoro Faisal. 2010. Pencemaran Air Dan Sifat Air Tercemar, Didownload dari http://industri10faisal.blog.mercubuana.ac.id/2011/06/24/pencemaran-air-dan-sifat-air-tercemar/. Diakses 20 Oktober 2011
nice
BalasHapus